Anies Sebut Jakarta Bantu Turunkan Positivity Rate COVID-19 Skala Nasional
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut penambahan angka kasus COVID-19 di DKI masih tinggi. Namun, kata dia, hal ini didasarkan pengetesan dan uji spesimen yang masif.
Menurut Anies, Jakarta membantu turunkan tingkat positivity rate skala nasional. Positivity rate adalah persentase jumlah kasus terkonfirmasi positif yang muncul dari seluruh pemeriksaan uji spesimen real time polymerase chain reaction (RT-PCR) dan tes cepat molekuler (TCM).
"Positivity rate Indonesia 12,1 persen, sementara Jakarta 5,2 persen. Bila Jakarta dikeluarkan dari total testing, positivity rate nasional itu jadi 17,6 persen," kata Anies di Polres Metro Jakarta Utara, Kamis, 23 Juli.
Dengan kata lain, saat jumlah pemeriksaan dalam skala nasional mencapai 759.626, sebanyak 338.531 tes dilakukan di Jakarta. Jadi, kalau Jakarta dikeluarkan, (total testing) Nasional tinggal sekitar 421 ribu.
"Kita harus pertahankan ini sambil berharap nanti daerah lain (mengendalikan wabahnya, red)," ucap Anies.
Baca juga:
Anies mengakui, positivity rate di DKI sebesar 5,8 persen juga masih melewati atas angka standar yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5 persen. Selain itu, angka kasus baru COVID-19 Jakarta juga selalu berada di urutan atas dengan pertambahan lebih dari 100 per hari.
Namun, Anies berbangga hati DKI telah melewati syarat pengetesan yang ditetapkan WHO sebesar 1 orang per 1.000 penduduk. Saat ini, kemampuan testing DKI mencapai 4 orang per 1.000 penduduk.
"Kita setara (kemampuan testingnya, red) dengan kota-kota maju dunia seperti Singapura, dengan Jepang, kita setara karena kita 4 kali lipat. Nah, kita posisinya masih di sekitar ambang batas. Dikatakan aman juga tidak, tapi di ambang batas," ungkap Anies.
Oleh sebab itu, untuk menurunkan tren kasus COVID-19 di Jakarta, Anies meminta semua pihak, baik Pemprov DKI maupun masyarakat untuk selalu mengampanyekan penggunaan masker.
"Kuncinya ada di masker. Memang ada aneh. Kita ini kalau ketemu, ingin pelukan, ingin salaman, itu semua ditahan. Mau berbicara harus pakai masker. Tapi kalau kebiasaan baru ini kita bisa jaga, mudah-mudahan Jakarta benar-benar menjadi pemenang di dalam menghadapi COVID-19 ini," sebutnya.