Kutuk 'Serangan Udara' China ke Taiwan, Amerika Serikat: Merusak Perdamaian dan Stabilitas Regional
JAKARTA - Amerika Serikat (AS) telah mengutuk serangan terbesar China ke zona pertahanan udara Taiwan, yang digambarkannya sebagai aktivitas militer 'provokatif' dan 'mengganggu stabilitas'.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price pada Hari Minggu waktu setempat meminta Beijing untuk menghentikan 'tekanan dan paksaan militer, diplomatik dan ekonominya terhadap Taiwan'.
"Amerika Serikat sangat prihatin dengan aktivitas militer provokatif Republik Rakyat China di dekat Taiwan, yang membuat tidak stabil, berisiko salah perhitungan, merusak perdamaian dan stabilitas regional," ujar Price dalam sebuah pernyataan seperti mengutip Reuters 4 Oktober.
Komentar itu menyusul serangan rekor baru pada hari Sabtu oleh 39 pesawat, sehari setelah Beijing memperingati Hari Nasionalnya dengan mendengungkan pulau demokratis yang memiliki pemerintahan sendiri itu dengan 39 pesawat tempur, termasuk pembom H-6 berkemampuan nuklir.
Taiwan mengirim pesawat tempur untuk memperingatkan pesawat China, sementara sistem rudal dikerahkan untuk memantau mereka.
Beijing mengklaim pulau berpenduduk 23 juta jiwa itu sebagai miliknya dan tidak mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mencapai tujuannya.
Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang mengatakan kepada wartawan pada Hari Sabtu, "China telah berperang dan merusak perdamaian regional sambil terlibat dalam banyak tindakan intimidasi."
"Terbukti bahwa dunia, komunitas internasional, semakin menolak perilaku seperti itu oleh China," tukasnya.
Disebutkan, pesawat tempur China menyeberang ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan (ADIZ) hampir setiap hari.
ADIZ tidak sama dengan wilayah udara teritorial Taiwan, tetapi mencakup area yang jauh lebih besar yang tumpang tindih dengan bagian dari zona identifikasi pertahanan udara China, mencakup beberapa daratan China.
Beijing telah meningkatkan tekanan pada Taipei sejak Tsai Ing-wen terpilih sebagai presiden pada 2016. Dia terpilih kembali dengan telak pada 2020.
Amerika Serikat sendiri telah berjanji untuk 'terus membantu Taiwan dalam mempertahankan kemampuan pertahanan diri yang memadai'.
"Komitmen AS untuk Taiwan sangat kuat dan berkontribusi pada pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan di kawasan itu," tukas Price.
Baca juga:
- Pertama Kali Setelah Satu Abad Lebih, Besok Rusia Gelar Royal Wedding Grand Duke George Mikhailovich Romanov
- China Temukan Ladang Minyak Baru: Hasilkan 560 Barel per Hari, Miliki 100 Juta Ton Cadangan
- Jenderal AS Sebut Perang di Afghanistan Hadapi Jalan Buntu Enam Tahun Lalu, Tidak Bisa Dimenangkan
- Bentrokan Berdarah Paling Mematikan di Penjara Ekuador: 116 Tahanan Tewas, Enam Dipenggal Kepalanya
China belum mengomentari kegiatannya. Sebelumnya, dikatakan penerbangan semacam itu untuk melindungi kedaulatan negara dan ditujukan untuk 'kolusi' antara Taiwan dan AS, pendukung internasional terpenting pulau itu.