Hari Nasional ke-72, China Kerahkan 25 Pesawat Tempur ke Zona Pertahanan Taiwan: Ada Sukhoi hingga Pembom Nuklir
JAKARTA - Angkatan Udara Taiwan kembali mengirim armadanya untuk mengusir keluar 25 pesawat tempur China yang memasuki zona pertahanan udaranya, saat Beijing memeringati Hari Nasionl atau 73 tahun berdirinya Republik Rakyat China, Jumat sebut Kementerian Pertahanan Taiwan.
Taiwan yang diklaim China telah mengeluh selama satu tahun atau lebih tentang misi berulang oleh angkatan udara China di dekat pulau yang diperintah secara demokratis, seringkali di bagian barat daya zona pertahanan udaranya dekat dengan Kepulauan Pratas yang dikuasai Taiwan.
Misi terbaru China melibatkan 18 pesawat tempur J-16 dan empat Sukhoi Su-30, dua pesawat pengebom H-6 berkemampuan nuklir dan sebuah pesawat anti-kapal selam, kata kementerian Taiwan.
Dikatakan, Taiwan mengirim pesawat tempur untuk memperingatkan pesawat China, sementara sistem rudal dikerahkan untuk memantau mereka. Sementara, pesawat China semuanya terbang di daerah yang dekat dengan Pratas, dengan dua pembom terbang paling dekat dengan atol, menurut peta yang dikeluarkan kementerian.
Tidak ada komentar langsung dari China. Serangan terbesar hingga saat ini terjadi pada Bulan Juni, yang melibatkan 28 pesawat tempur angkatan udara China
Misi terbaru China datang kurang dari sehari setelah pemerintahnya meluncurkan serangan hinaan terhadap menteri luar negeri Taiwan, membangkitkan kata-kata pemimpin revolusioner Mao Zedong untuk mencela dia sebagai lalat 'menyusut' atas upayanya untuk mempromosikan Taiwan secara internasional.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu, adalah pendukung blak-blakan negara itu untuk melawan China dan rutin tampil dalam berbagai diskusi. Dalam kecaman panjang terhadap Wu pada Kamis malam, Kantor Urusan Taiwan China mengatakan dia adalah pendukung 'keras kepala' kemerdekaan Taiwan, yang menjajakan kebohongan Taiwan adalah negara berdaulat.
"Semua bentuk komentar tentang kemerdekaan Taiwan hanyalah lalat 'bersenandung, dengan ledakan melengking dan isak tangis," kata Kantor Urusan Taiwan Beijing, mengutip Reuters 1 Oktober.
Kementerian luar negeri Taiwan mengatakan serangan itu 'tidak layak' untuk dikomentari. Namun, Dewan Urusan Daratan Taiwan, yang menyusun kebijakan tentang China, mengecamnya sebagai 'fitnah dan pelecehan'.
Baca juga:
- Pertama Kali Setelah Satu Abad Lebih, Besok Rusia Gelar Royal Wedding Grand Duke George Mikhailovich Romanov
- China Temukan Ladang Minyak Baru: Hasilkan 560 Barel per Hari, Miliki 100 Juta Ton Cadangan
- Jenderal AS Sebut Perang di Afghanistan Hadapi Jalan Buntu Enam Tahun Lalu, Tidak Bisa Dimenangkan
- Bentrokan Berdarah Paling Mematikan di Penjara Ekuador: 116 Tahanan Tewas, Enam Dipenggal Kepalanya
"Kekerasan verbal semacam ini, yang belum pernah terjadi sebelumnya di komunitas internasional, hanya menyoroti pelanggaran aturan badan terkait Taiwan di sisi lain Selat Taiwan dan seberapa jauhnya dari masyarakat beradab," kritik dewan tersebut.
China telah meningkatkan tekanan militer dan politik untuk mencoba dan memaksa Taiwan menerima kedaulatan China. Di sisi lain, Taiwan mengatakan itu mereka adalah negara merdeka dan akan mempertahankan kebebasan dan demokrasinya.