Tak Hanya COVID-19, YouTube Kini Juga Berantas Misinformasi Terkait Vaksin di Platformnya
JAKARTA - YouTube akan menghalau informasi yang salah terkait konten vaksin, tidak hanya tentang COVID-19 saja. Langkah ini terjadi ketika tekanan publik meningkat pada perusahaan media sosial untuk membasmi kesalahan informasi berbahaya yang membuat orang-orang ragu untuk vaksin.
"Kami terus-menerus melihat klaim palsu tentang vaksin virus corona menyebar ke informasi yang salah dan kami sekarang berada pada titik di mana lebih penting dari sebelumnya untuk memperluas pekerjaan yang kami mulai dengan COVID-19 ke vaksin lain," ungkap YouTube.
Nantinya, konten yang dihapus YouTube akan berfokus pada penyakit tertentu atau informasi palsu tentang vaksin secara umum. Karena tingginya penolakan terhadap vaksin, Amerika Serikat (AS) telah melaporkan lebih dari 50.000 kematian akibat COVID-19 pada bulan September.
"Konten apa pun yang secara keliru menuduh bahwa vaksin yang disetujui berbahaya dan menyebabkan efek kesehatan kronis, dan terdapat konten yang mengklaim bahwa vaksin tidak mengurangi penularan atau kontraksi penyakit, atau mengandung informasi yang salah tentang zat yang terkandung dalam vaksin akan dilarang," jelas YouTube seperti dikutip dari USA Today, Kamis, 30 September.
Platform milik Google tersebut mengatakan kebijakannya juga akan mencakup video yang mengklaim vaksin menyebabkan autisme atau dapat melacak penerima, dan semua konspirasi yang terus-menerus tentang vaksin. Aturan ini berlaku untuk vaksin yang disetujui, dikonfirmasi aman serta efektif oleh otoritas kesehatan setempat dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Selain itu, YouTube juga akan menghentikan akun dari influencer yang merupakan anti-vaksin seperti Joseph Mercola, Erin Elizabeth, dan Sherri Tenpenny. Ketiganya teridentifikasi oleh Center for Countering Digital Hate di antara selusin yang memainkan peran utama dalam menyebarkan informasi yang salah secara online tentang vaksin COVID-19.
"Anti-vaxxers telah menggunakan platform media sosial dengan impunitas terlalu lama, mempertaruhkan nyawa jutaan, jika bukan miliaran, orang di seluruh dunia," CEO Center for Countering Digital Hate. Imran Ahmed.
Dilaporkan NBC News, pembuat konten anti-vaksin telah berkembang pesat di YouTube selama lebih dari satu dekade, pindah ke platform milik Google setelah media sosial lainnya berhenti mempromosikan pesan mereka. Konten anti-vaksin begitu tersebar di mana-mana.
Baca juga:
- Bisa Melesat 800 Km per Jam, Drone Canggih Milik China Ini Dapat Mengganggu Fungsi Alat Elektronik
- Google Tunjukkan Cara Ubah iPhone Jadi Ponsel Rasa Android
- YouTube Hapus Saluran RT Lantaran Langgar Kebijakan Misinformasi COVID
- Facebook Sebut Rencana Whatsapp Bisa Digunakan Obrolan untuk Messenger dan Instagram Masih Optional
YouTube, seperti Facebook, Twitter, Reddit dan banyak perusahaan internet lainnya yang memberi pengguna kebebasan memposting konten mereka sendiri. Tetapi, raksasa media sosial itu berpikir keras tentang bagaimana menyeimbangkan kebebasan berekspresi dengan pengawasan efektif dari konten buruk yang diposting di situsnya.
Selama bertahun-tahun dari laporan CNET, YouTube telah bergulat dengan berbagai jenis misinformasi, teori konspirasi, diskriminasi, kebencian, pelecehan, eksploitasi anak dan video pembunuhan massal, semuanya dalam skala global yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kritikus YouTube berpendapat bahwa upaya moderasi konten perusahaan masih sering gagal, atau datang terlambat.
Sebagai informasi, YouTube telah menghapus 130.000 video khusus untuk kesalahan informasi vaksin COVID sejak tahun lalu. Sebelumnya perusahaan mengklaim juga menghapus hampir 10 juta total video setiap kuartal di seluruh kategori pelanggaran kebijakan. Dan sejak Februari 2020, YouTube telah menghapus lebih dari 1 juta video yang terkait dengan informasi virus corona berbahaya, seperti penyembuhan palsu atau klaim palsu lainnya.