Taliban Ingkar Janji, Pemimpin Syiah Afghanistan Ancam Lanjutkan Perang
JAKARTA - Minoritas Syiah Afghanistan, komunitas Hazara, akan melanjutkan konfrontasi bersenjata dengan Taliban jika mereka ingkar janji dan menghindari tirani, sebut mantan Wakil Presiden Afghanistan Karim Khalili, salah satu pemimpin Hazara.
"Sejauh ini, kita telah melihat kabinet sementara (Taliban), yang sama sekali tidak inklusif. Kelanjutan ini tidak dapat diterima oleh kekuatan (politik) dan kelompok etnis lainnya," tegas Khalili, mengutip TASS 22 September.
"Situasi ini pasti akan menjadi tak tertahankan bagi Tajik dan Uzbek dan mereka, bersama dengan Hazara, akan kembali ke medan perang," sambungnya.
Lebih jauh Khalili berharap, dengan adanya tekanan dari komunitas global, Taliban tidak memaksakan kehendaknya kepada seluruh penduduk dan perang saudara dapat dihindari.
"Kami masih berjuang untuk itu dan berharap Taliban akan belajar dari (pengalaman) tahun 1990-an dan akan siap untuk mendirikan pemerintahan yang inklusif dan menahan diri dari tirani," jelasnya.
"Kita tidak boleh dipaksa untuk menempuh jalan perlawanan bersenjata untuk melindungi kehidupan dan hak-hak dasar rakyat kita," tegas Kepala Hazara memperingatkan.
Menurut Khalili, perkembangan di Afghanistan bukan hanya masalah internal tetapi juga ancaman keamanan global.
Baca juga:
- Sindir SLBM Korea Selatan, Korea Utara Sebut Belum Menjadi Ancaman dan Meniru Rudal India
- Efek Domino Kapal Selam Nuklir Australia, Prancis Batalkan Pertemuan Pertahanan dengan Inggris
- Bantah Laporan Pembunuhan Ilmuwan Nuklirnya oleh Intel Israel, Iran Sebut Sudah Memiliki Laporan Rinci
- Klaim Tanggung Jawab Serangan Bom di Afghanistan, ISIS Sebut Puluhan Anggota Taliban Jadi Korban
"Saya berharap kemiskinan, perang dan obat-obatan di satu sisi dan kurangnya sistem pemerintahan yang sah yang ditegakkan oleh rakyat dan komunitas global di sisi lain, tidak akan mengembalikan Afghanistan kembali menjadi tempat berkembang biak bagi kelompok teroris, yang tidak akan kembali ke Afghanistan. Tidak hanya menghancurkan daerah itu sendiri, tetapi juga menimbulkan ancaman bagi keamanan internasional," pungkas Khalili.