Kritik Pemerintah, Pasukan Elite Guinea Lancarkan Kudeta: Culik Presiden, Tangguhkan Konstitusi

JAKARTA - Pasukan elite tentara nasional Guinea mengumumkan telah merebut kekuasaan, menggulingkan Presiden Alpha Conde dalam upaya kudeta, setelah tembakan di sekitar istana kepresidenan di Conakry, Minggu waktu setempat.

Mengutip The Guardian Senin 6 September, tentara mengumumkan kepemimpinan negara itu telah digulingkan, dalam pergolakan politik terbaru yang melanda negara Afrika barat yang kaya mineral dan miskin itu, di tengah klaim yang saling bertentangan tentang siapa yang berkuasa.

Kolonel Mamadi Doumbouya, kepala unit dan pemimpin upaya kudeta dalam pidato singkat di penyiar nasional, Radio Television Guinea mengatakan, parlemen negara dan konstitusi telah ditangguhkan, perbatasan ditutup.

"Kami mengambil nasib kami di tangan kami sendiri," katanya mengkritik keadaan negara di bawah presiden berusia 83 tahun itu.

"Personalisasi kehidupan politik sudah berakhir. Kami tidak akan lagi mempercayakan politik kepada satu orang, kami akan mempercayakannya kepada rakyat," sambung Doumbouya.

Sementara dalam pidato yang disiarkan televisi, Doumbouya mengatakan para elit di negara itu telah menganiaya negara itu dan akan ada masa transisi selama 18 bulan. Dalam video yang diunggah di media sosial, pendukung kudeta sipil terlihat memanggil tentara di kota itu, meneriakkan 'kebebasan'.

Pada saat bersamaan, kementerian pertahanan mengatakan serangan terhadap istana kepresidenan oleh pasukan pemberontak telah dilumpuhkan, mengklaim operasi pemulihan ketertiban tengah dilakukan.

"Pengawal presiden, didukung oleh pasukan pertahanan dan keamanan yang loyal dan republik, menahan ancaman dan mengusir kelompok penyerang," sebut kementerian dalam pernyataannya.

"Operasi keamanan dan penyisiran terus memulihkan ketertiban dan perdamaian," sambung Kementerian Pertahanan Guinea.

Terpisah, Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, pada hari Minggu mengutuk perebutan kekuasaan oleh unit militer.

"Saya mengutuk keras pengambilalihan pemerintah dengan kekuatan senjata dan menyerukan pembebasan segera Presiden Alpha Condé," kritiknya.

Hingga kini, belum diketahui keberadaan Presiden Conde yang berkuasa sejak 2010. Namun, gambar yang beredar di media sosial menunjukkan tentara mengelilingi presiden, saat dia bersandar di sofa dengan kaki telanjang, dengan celana jins dan kemeja dan rompi yang sebagian terbuka.