Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin oposisi utama Guinea mengatakan pada Hari Selasa, terbuka untuk berpartisipasi dalam transisi setelah kudeta militer akhir pekan lalu, ketika tentara yang merebut kekuasaan mengkonsolidasikan pengambilalihan mereka.

Presiden Alpha Conde dan politisi top ditahan atau dilarang bepergian, seiring dengan pengambilalihan kekuasaan yang dipimpin oleh komandan pasukan elite Guinea Mamady Doumbouya. Para pemimpin regional akan bertemu untuk membahas Guinea pada Hari Rabu, bukan Kamis seperti yang disarankan sebelumnya.

Pemimpin kudeta Mamady Doumbouya, mantan perwira di Legiun Asing Prancis, telah menjanjikan pemerintahan transisi persatuan nasional, serta era baru untuk pemerintahan dan pembangunan ekonomi. Tetapi, dia belum menjelaskan secara pasti apa yang akan terjadi, atau diberikan jangka waktu.

Menanggapi situasi saat, pemimpin oposisi utama Guinea, Cellou Dalein Diallo, mengatakan kepada Reuters pada Hari Selasa, dia belum dikonsultasikan tentang transisi itu, tetapi siap untuk berpartisipasi.

"Kami akan mengirim perwakilan, mengapa tidak, untuk berpartisipasi dalam proses membawa negara kembali ke tatanan konstitusional," kata Diallo, mantan perdana menteri yang menjadi pesaing Conde dalam tiga pemilihan presiden berturut-turut.

Selama dekade berkuasa, Conde mengarahkan Guinea melalui pertumbuhan ekonomi, tetapi pengangguran tetap tinggi. Survei oleh Afrobarometer menunjukkan mayoritas orang Guinea berpikir tingkat korupsi telah meningkat, sementara ketidakpuasan terhadap ekonomi dan kondisi kehidupan pribadi juga meningkat. Diallo mengatakan korupsi menjadi endemik di bawah Conde.

"Seorang elit yang memperkaya diri dengan cara yang kurang ajar, sementara kemiskinan meningkat dan infrastruktur negara runtuh. Ada juga malaise umum di negara ini," tandasnya.

Sementara itu, ibu kota Conakry tenang untuk hari kedua setelah kudeta, dengan beberapa pos pemeriksaan militer dihapus. Lalu lintas normal pada hari Selasa di pusat administrasi ibukota, semenanjung Kaloum.

Bergerak untuk mengkonsolidasikan kekuasaan mereka, para prajurit yang memimpin kudeta telah menempatkan perwira-perwira militer di puncak delapan wilayah dan berbagai distrik administratif Guinea.

Sebelumnya, pasukan elite tentara nasional Guinea mengumumkan telah merebut kekuasaan, menggulingkan Presiden Alpha Conde dalam upaya kudeta, setelah tembakan di sekitar istana kepresidenan di Conakry, Minggu waktu setempat.

Kolonel Mamady Doumbouya, kepala unit dan pemimpin upaya kudeta mengatakan, langkah yang ditempuhnya disebabkan oleh korupsi yang menyebabkan kemiskinan di negara tersebut.

"Kemiskinan dan korupsi endemik telah mendorong pasukan untuk mencopot Presiden Alpha Conde dari jabatannya. Kami telah membubarkan pemerintah dan institusi. Kita akan menulis ulang konstitusi bersama," sebut Doumbouya.