Pemimpin Anti-Taliban: Jika Mereka Melancarkan Serangan, Akan Menghadapi Perlawanan Keras dari Kami

JAKARTA - Pemimpin kelompok anti-Taliban Ahmad Massoud mengatakan dirinya siap untuk melakukan pembicaraan damai dengan Taliban yang merebut kekuasaan di Kabul. Namun, ia bersama pasukannya juga selalu siap untuk bertempur.

"Kami ingin membuat Taliban menyadari bahwa satu-satunya jalan ke depan adalah melalui negosiasi," katanya kepada Reuters melalui telepon dari kubunya di lembah Panjshir barat laut Kabul, seperti dikutip Senin 23 Agustus.

"Kami tidak ingin perang pecah," ujar pria yang berhasil mengumpulkan pasukan yang terdiri dari sisa-sisa unit tentara reguler dan pasukan khusus serta pejuang milisi lokal ini.

Komentar itu muncul ketika sebuah pernyataan di akun Twitter Alemarah Taliban mengatakan ratusan pejuang menuju Panjshir setelah pejabat negara setempat menolak untuk menyerahkannya secara damai.

Massoud, putra Ahmad Shah Massoud, salah satu pemimpin utama perlawanan anti-Soviet Afghanistan pada periode 1980-an mengatakan, para pendukungnya siap berperang jika pasukan Taliban mencoba menyerang lembah itu.

"Mereka ingin membela, mereka ingin bertarung, mereka ingin melawan rezim totaliter mana pun," tegasnya.

Namun ada beberapa ketidakpastian tentang apakah operasi oleh pasukan Taliban telah dimulai atau tidak. Seorang pejabat Taliban mengatakan, serangan telah diluncurkan di Panjshir. Namun seorang ajudan Massoud mengatakan, tidak ada tanda-tanda pasukan itu benar-benar memasuki celah sempit ke lembah dan tidak ada laporan pertempuran.

Ahmad Massoud (Wikimedia Commons/Hamid Mohammadi)

Dalam satu-satunya pertempuran yang dikonfirmasi sejak jatuhnya Kabul pada Hari Minggu 15 Agustus lalu, pasukan anti-Taliban merebut kembali tiga distrik di provinsi utara Baghlan, yang berbatasan dengan Panjshir pekan lalu. Namun Massoud mengatakan, dia tidak mengorganisir operasi yang dia katakan telah dilakukan oleh kelompok-kelompok milisi lokal yang bereaksi terhadap kebrutalan di daerah tersebut.

Massoud menyerukan pemerintah yang inklusif dan berbasis luas di Kabul, yang mewakili semua kelompok etnis Afghanistan yang berbeda dan mengatakan rezim totaliter tidak boleh diakui oleh masyarakat internasional.

Puing-puing kendaraan lapis baja Uni Soviet yang masih memenuhi lembah menunjukkan betapa sulitnya Panjshir dikalahkan di masa lalu. Tetapi, banyak pengamat luar mempertanyakan apakah pasukan Massoud akan mampu bertahan lama tanpa dukungan dari luar.

Dia mengatakan pasukannya, yang menurut seorang ajudan berjumlah lebih dari 6.000, akan membutuhkan dukungan internasional jika harus berperang. Namun dia mengatakan, mereka tidak hanya datang dari Panjshir, sebuah wilayah Tajik berbahasa Persia yang lama berselisih dengan Pashtun yang membentuk inti dari gerakan Taliban.

"Ada banyak orang lain dari banyak provinsi lain yang mencari perlindungan di lembah Panjshir, yang berdiri bersama kami dan yang tidak mau menerima identitas lain untuk Afghanistan," tandasnya.

Sebelumnya dalam editorial Washington Post, Ahmad Massoud mengatakan, anggota militer Afghanistan termasuk beberapa dari unit elit Pasukan Khusus telah bersatu untuk perjuangannya dan dia meminta bantuan Barat.

"Kami memiliki gudang amunisi dan senjata yang telah kami kumpulkan dengan sabar sejak zaman ayah saya, karena kami tahu hari ini mungkin akan datang," katanya dalam tajuk rencana, menambahkan bahwa beberapa pasukan yang bergabung dengannya telah membawa senjata mereka.

"Jika panglima perang Taliban melancarkan serangan, mereka tentu saja akan menghadapi perlawanan keras dari kami," tandasnya.

Untuk diketahui, Ahmad Shah Massoud terbunuh beberapa hari sebelum serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat oleh militan Al Qaeda yang menikmati perlindungan Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban.