Varian Delta Paksa Sydney Perpanjang Lockdown Sebulan, Terancam Resesi Ekonomi 2 Triliun Dolar Australia

JAKARTA - Otoritas Australia memperpanjang penguncian di Sydney, kota terbesar di Australia yang juga ibu kota Negara Bagian New South Wales untuk empat pekan ke depan, setelah wabah COVID-19 varian Delta gagal dipadamkan dalam penguncian sebelumnya.

Meski penguncian yang berlaku baru akan berakhir tiga hari ke depan, pihak otoritas memutuskan untuk memperpanjang penguncian di Sydney hingga 28 Agustus, lantaran tingginya angka penularan varian Delta yang dimulai bulan lalu.

Negara Bagian New South Wales melaporkan 177 kasus baru pada Selasa, dari 172 pada Senin. Itu adalah peningkatan terbesar sejak pengemudi bandara yang tidak bertopeng dan tidak divaksinasi dikatakan telah memicu wabah saat ini. Negara juga melaporkan kematian seorang wanita berusia 90-an, kematian ke-11 dari wabah tersebut.

Yang menjadi perhatian khusus, setidaknya 46 dari kasus baru COVID-19 adalah orang yang aktif di masyarakat sebelum didiagnosis, meningkatkan kemungkinan penularan, kata pihak berwenang. Sementara, pelonggaran baru bisa dilakukan jika transmisi komunitas yang aktif harus mendekati angka nol.

"Saya sama kesal dan frustrasinya dengan Anda semua, karena kami tidak dapat memperoleh jumlah kasus yang kami inginkan pada saat ini, tetapi itulah kenyataannya," kata Perdana Menteri New South Wales Gladys Berejiklian pada konferensi pers yang disiarkan televisi, mengutip Reuters Rabu 28 Juli.

Berejiklian menambahkan, polisi akan meningkatkan penegakan aturan jarak sosial yang luas, mendesak orang untuk melaporkan dugaan kesalahan, dengan mengatakan "kita tidak membiarkan orang terus melakukan hal yang salah, karena itu membuat kita semua mundur".

"Dalam satu kasus, upacara berkabung yang dihadiri oleh 50 orang yang melanggar aturan penguncian mengakibatkan 45 infeksi," ungkapnya prihatin.

Perpanjangan itu mengubah apa yang awalnya dimaksudkan sebagai penguncian 'snap' kota terpadat di Australia menjadi salah satu yang terpanjang di negara itu sejak awal pandemi, dan dapat memicu resesi kedua dari ekonomi nasional sebesar 2 triliun dolar Australia atau sekitar 1,47 dolar Amerika Serikat.

Untuk meminimalkan dampak ekonomi, Pemerintah New South Wales berencana mencabut larangan konstruksi yang tidak ditempati di sebagian besar Sydney. Namun, itu memperluas daftar wilayah pemerintah daerah di dalam kota tempat larangan itu akan tetap berlaku karena prevalensi kasus COVID-19 di sana.

"Ini menjadi sangat sulit, hari demi hari, bagi kami untuk terus menjalankan bisnis yang sama. Entah bagaimana kami harus bertahan hidup, dan kami mencoba yang terbaik," kata Raihan Ahmed, pemilik toko serba ada di Bankstown, salah satu pinggiran kota yang terkena dampak utama.

Kritik tajam penanganan COVID-19 serta dampak ekonomi yang terjadi, membuat dukungan politik terhadap Perdana Menteri Scott Morrison dan partainya merosot jauh dalam jajak pendapat terbaru. Program vaksinasi COVID-19 yang lambat, perubahan kebijakan serta pasokan dosisi yang kurang, kian memperburuk citra pemerintah.

"Tidak ada jalan pintas lain, tidak ada jalan lain, kita hanya harus berjongkok dan terus maju. Semua warga Australia yang ingin divaksinasi akan menerimanya pada akhir tahun dan Saya berharap, pada Natal kita akan melihat Australia yang sangat berbeda dengan apa yang kita lihat sekarang," ujarnya

Untuk diketahui, melansir Worldometers hingga Rabu ini, Negeri Kangguru mencatat total kasus infeksi COVID-19 sebanyak 33.474 kasus, 921 kematian serta 29.911 pasien sembuh sejak pandemi dimulai.