Dari Suara Bergetar Jadi Semringah, Beda Penyampaian Anies Soal Kondisi COVID-19 DKI Dulu dan Sekarang

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengibaratkan kondisi COVID-19 di Ibu Kota sebulan terakhir seperti rumah yang atapnya bocor dan membutuhkan perbaikan.

Sebulan lalu, situasi COVID-19 Jakarta mengkhawatirkan. Hal itu tampak saat Anies menyampaikan kondisinya genting karena kasus melonjak pada awal Juli lalu, dengan suara yang bergetar.

Anies bilang, DKI menyiapkan ember untuk menampung kebocorannya, disertai penambalan pada lubang di atapnya. Jika diartikan, DKI selama sebulan terakhir menambah kapasitas perawatan pasien COVID-19 selagi menerapkan pembatasan dalam PPKM Darurat dan PPKM Level 4.

Kemarin, 26 Juli, Anies kembali menyampaikan kondisi penanganan COVID-19. Cara penyampaiannya berubah. Dalam video yang direkam dari ruang kerjanya, Anies menyampaikan kondisi COVID-19 dengan wajah yang semringah. Ia bilang, kondisi genting sebulan lalu sudah berubah menuju perbaikan.

"Minggu lalu, tiga minggu lalu, bulan lalu, kita menyaksikan Jakarta menuju kondisi genting. Sekarang kita menyaksikan Jakarta mulai menjauhi kondisi genting itu," kata Anies.

Anies menyebut saat ini pertambahan kasus harian COVID-19 sudah mulai menurun. Kasus aktif di Ibu Kota juga menurun hampir 50 persen dari kondisi 10 hari lalu.

"Angka kasus aktif Jakarta terus berkurang. Bila sebelumnya, kita sempat mencapai angka lebih dari 100 ribu, bahkan pada tgl 16 juli 2021, ada 113 ribu kasus aktif dan kemarin kasus aktif kita sudah turun di angka 64 ribu," tuturnya.

Anies menuturkan, penurunan kasus aktif ini konsisten dengan tren penurunan beberapa parameter lain, seperti positivity rate mingguan atau tingkat kasus positif per jumlah spesimen yang diperiksa. Positivity rate kita yang semula sekitar 45 persen, kini sudah berada di kisaran 25 persen.

Begitu pula dengan angka kematian COVID-19. Anies bilang, Pemakaman protap COVID-19 yang pernah mencapai lebih dari 350 pemakaman per hari, kini sudah turun di bawah 200 per hari.

Anies mengaku sudah berkeliling sejumlah rumah sakit dan puskesmas di Jakarta seperti RSUD Budi Asih dan RSKD Duren Sawit. Selain itu, ia juga memantau kondisi RS lewat CCTV.

Ia melihat perbedaan kondisi sebelum penerapan PPKM Darurat dengan saat ini. Kata dia, tak ada lagi pasien yang mengantre di selasar IGD demi menunggu ruang perawatan.

"Situasinya sudah jauh berbeda dibanding ketika kita datang diwaktu-waktu sebelumnya. Saat itu, RS sangat penuh, bahkan selasar depan IGD pun dipenuhi dengan antrena pasien yg akan masuk ke IGD. Antrean masuk IGD-nya penuh, IGD-nya penuh, rawat inapnya penuh, ICU juga penuh," tutur Anies.

"Nah, sekarang ini selasar-selasar IGD sudah kosong, pasien sudah bisa langsung masuk ke IGD. Di dalam IGD-nya juga hanya beberapa pasien, dan situasi ini terlihat di banyak RS di Jakarta," lanjutnya.

Namun, Anies menegaskan bahwa situasi pandemi di Jakarta sama sekali belum aman. Hal tersebut nampak dari jumlah kasus aktif yang masih tergolong tinggi di mana masih menyentuh angka 64.000 kasus aktif dengan positivity rate pada persentase 25 persen.

“Kita harus hati-hati memaknainya (penurunan situasi pandemi). Kasus aktif 64.000 itu masih 2 kali lebih tinggi daripada puncak gelombang pertama lalu. Positivity rate 25 persen itu masih jauh di atas rekomendasi ideal WHO yaitu di bawah 5 persen," ujar Anies.

Walaupun antrean IGD sudah terurai, namun ICU masih padat, sambil tekanan perlahan berkurang. Artinya, tren penurunan kasus sudah terlihat, tapi situasi penanganan pandemi masih jauh dari ideal.

"Ini artinya jangan lengah, jangan kendor. Jangan sampai gelombang perbaikan yang sekarang sudah mulai terasa Ini lalu Berhenti atau malah berbalik kemudian naik lagi. Kenapa? karena kita lengah karena kita kendor karena kita tidak disiplin," jelas Anies.

Mengingat lagi kondisi genting sebulan lalu

Pada tanggal 2 Juli, Anies menggelar rapat koordinasi dengan jajaran ASN dan BUMD DKI untuk mempersiapkan penerapan PPKM darurat.

Dalam rapat, Anies memberi gambaran DKI Jakarta saat ini dalam keadaan genting sejak beberapa waktu terakhir. Kepada anak buahnya, Anies mengibaratkan jajaran Pemprov DKI adalah kru kokpit pesawat dan masyarakat adalah penumpangnya.

"Kita, yang berada di ruangan (rapat) ini, adalah orang-orang yang berada di kokpit yang berada di dalam kokpit pesawat. Kita harus mengarahkan kepada seluruh penumpang yang ada dalam pesawat karena penumpangnya tidak tahu kondisi dengan lengkap yang tahu kondisi lengkap ini kita yang berada di dalam kokpit ini," kata Anies pada Jumat, 2 Juli.

Masih dalam gambaran di dalam pesawat, Anies meminta seluruh jajaran untuk mengencangkan sabuk pengaman karena akan memasuki kawasan turbulensi atau guncangan. Maksudnya, kondisi COVID-19 di Jakarta sedang dalam keadaan genting.

"Kita harus beritahu semuanya. Kita akan memasuki kawasan turbulens. Semua, pasang ikat pinggang sabuk pengaman. Apabila sebuah penerbangan memasuki kawasan turbulens, Jakarta sekarang sedang memasuki masa turbulens, menghadapi badai dan kita harus memberitahukan kepada seluruh warga kita untuk bersiap," jelas Anies.

Saat itu, Anies meminta semua jajaran menjalankan tiga prioritas penanganan COVID-19 selama PPKM darurat. Di antaranya, menyelamatkan warga yang sudah terpapar COVID-19, melindungi warga yang belum terpapar agar jangan sampai terpapar, dan menolong mereka yang kestulitan untuk emenuhi kebutuhan pokok keseharian.