Alami Lonjakan Infeksi COVID-19 Varian Delta, Australia Kurangi Jumlah Kedatangan Internasional
JAKARTA - Otoritas Australia akan mengurangi separuh dari jumlah kedatangan internasional, seiring dengan tekanan terhadap sistem karantina hotel.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Jumat 2 Juli waktu setempat mengatakan, langkah ini diambil lantaran tekanan dari penyebaran wabah virus corona varian Delta yang sangat menular.
Pembatasan baru pada perjalanan datang ketika Australia memerangi wabah varian Delta secara bersamaan di tiga ibu kota negara bagian, yang berarti hampir setengah dari semua warga Australia saat ini berada di bawah perintah ketat untuk tinggal di rumah. Wabah terbaru telah ditelusuri ke kebocoran di karantina hotel.
Australia menutup perbatasan internasionalnya awal tahun lalu sebagian besar untuk non-warga negara. Penduduk tetap dan pelancong Australia yang kembali, kecuali mereka yang keluar dari Selandia Baru, harus dikarantina di hotel selama dua minggu dengan biaya sendiri.
PM Morrison mengatakan, Australia sekarang hanya akan menerima sekitar 3.000 pelancong dari luar negeri per minggu. Pembatasan ini direncanakan berlangsung hingga 14 Juli mendatang, namun ada juga negara bagian yang bisa lebih awal selesai.
Berbicara setelah pertemuan kabinet nasional Australia, PM Morrison juga mengatakan rencana empat fase telah disepakati untuk membuka kembali Australia, setelah penguncian yang dipicu oleh wabah terbaru.
Diterangkan olehnya, ini akan didasarkan pada pencapaian tingkat vaksinasi yang bertujuan menekan COVID-19 ke tahap di mana itu akan dikelola seperti penyakit menular lainnya, seperti flu.
"Pola pikir kami dalam mengelola COVID-19 harus berubah begitu Anda beralih dari pra-vaksinasi ke pasca-vaksinasi. Itu kesepakatan untuk warga Australia," kata Morrison kepada wartawan di Canberra, seperti mengutip Reuters Jumat 2 Juli.
Pendekatan empat fase dapat memberi orang yang divaksinasi penuh lebih banyak kebebasan, katanya, termasuk periode karantina yang lebih pendek setelah tiba dari luar negeri.
Ibu kota New South Wales (NSW) Sydney, kota terbesar di Australia dan rumah bagi seperlima dari 25 juta penduduk negara itu, sedang menjalani penguncian dua minggu yang diberlakukan dalam upaya untuk menahan varian Delta.
Pada hari Jumat, PM Morisson memeringatkan penduduk untuk bersiap menghadapi peningkatan infeksi COVID-19 selama beberapa hari ke depan, seiring laporan kenaikan harian terbesar dalam kasus yang didapat secara lokal yang tercatat sepanjang tahun ini.
Tiga puluh satu kasus lokal dilaporkan di NSW pada Hari Jumat, sejauh ini merupakan peningkatan harian terbesar dalam kasus selama wabah terbaru dan untuk tahun 2021. Total infeksi telah meningkat menjadi lebih dari 200 sejak kasus pertama terdeteksi lebih dari dua minggu lalu.
"Kami mengantisipasi mungkin ada peningkatan jumlah selama beberapa hari ke depan, maka mudah-mudahan awal minggu depan kita akan melihat dampak penguncian benar-benar berubah dan memiliki dampak positif," ujar Perdana Menteri NSW Gladys Berejiklian kepada wartawan.
Sementara itu, pejabat Queensland mengatakan aturan penguncian akan dilonggarkan di beberapa bagian Queensland mulai Jumat, meskipun aturan itu telah diperpanjang di ibu kota negara bagian Brisbane dan wilayah tetangga untuk hari lain setelah tiga kasus baru dilaporkan.
Sementara, lockdown di Darwin, ibu kota Northern Territory, juga akan dicabut pada Hari Jumat. Pembatasan di Perth akan ditinjau di kemudian hari.
Penguncian, pelacakan kontak cepat, dan aturan jarak sosial yang ketat telah membantu Australia menekan wabah sebelumnya. Namun, varian Delta yang bergerak cepat telah mengkhawatirkan pihak berwenang di tengah upaya vaksinasi nasional yang lamban.
Baca juga:
- Terapkan Penguncian Ketat, Kasus Infeksi COVID-19 di Sydney Tetap Bertambah
- COVID-19 Varian Delta Merebak di Australia, Sydney hingga Darwin Lockdown Ketat
- COVID-19 Varian Delta Menggila, 20 Juta Warga Australia Jalani Penguncian Ketat
- Australia Hadapi Masa Kritis COVID-19 Akibat Varian Delta, Sydney Ditutup Dua Minggu
Hingga Jumat ini, Negeri Kangguru mencatat total 30.684 kasus infeksi dengan 910 kematian akibat COVID-19, serta 29.358 pasien dinyatakan sembuh berdasar data Worldometers.