Israel Izinkan Ekspor Gaza, Hamas Ingin Dana 30 Juta Dolar AS dari Qatar Bisa Masuk
JAKARTA - Israel mengizinkan dimulainya kembali ekspor komersial dari Jalur Gaza pada Hari Senin 21 Juni, sebagai tindakan bersyarat satu bulan setelah gencatan senjata dengan milisi Palestina Hamas. Hamas sendiri meminta lebih dari izin ekspor, yakni masuknya dana bantuan dari Qatar sebesar 30 juta dolar Amerika Serikat (AS) yang masih tertahan.
Israel terus mengontrol ketat penyeberangan Gaza, dengan dukungan dari negara tetangga Mesir, untuk meminimalisir ancaman dari Hamas. Pembatasan Israel diintensifkan selama pertempuran Mei, secara efektif menghentikan semua ekspor.
Dengan sebagian besar gencatan senjata yang dimediasi Mesir, Israel mengatakan beberapa ekspor diizinkan keluar melalui wilayahnya pada Senin pagi.
"Setelah evaluasi keamanan, keputusan telah dibuat untuk pertama kalinya sejak akhir (pertempuran) untuk memungkinkan ekspor terbatas produk pertanian dari Jalur Gaza," terang COGAT, cabang Kementerian Pertahanan Israel seperti mengutip Reuters Selasa 22 Juni.
COGAT mengatakan tindakan itu disetujui oleh pemerintah Perdana Menteri Naftali Bennett dan bersyarat dengan jaminan stabilitas keamanan.
Sementara, pejabat perbatasan Gaza mengatakan pelonggaran pembatasan Israel akan berlangsung dua hingga tiga hari, berlaku untuk barang-barang pertanian dan beberapa tekstil.
Mesir dan PBB meningkatkan mediasi pekan lalu, setelah balon pembakar yang diluncurkan dari Gaza memicu serangan udara pembalasan Israel di lokasi Hamas, menantang gencatan senjata yang rapuh.
Terpisah, Pemimpin Hamas Yahya Sinwar menyebut akan meningkatkan kembali ketegangan dengan Israel, kecuali jika Qatar diizinkan untuk mentransfer bantuan sebesar 30 juta dolar AS untuk membayar gaji, seperti mengutip The Jerusalem Post dari KAN News.
Yahya Sinwar pada Hari Minggu bertemu dengan Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah Tor Wennesland dan mendesaknya mengenai masalah tersebut.
Sinwar yang putus asa memberi penjelasan kepada wartawan tentang kegagalan pembicaraan dengan utusan PBB dan menuduh Israel melakukan pemerasan, menyerukan perlawanan rakyat sambil berjanji untuk mengadakan pertemuan semua faksi Palestina untuk menyatukan upaya mereka.
Israel dan PBB sangat prihatin dengan dimulainya kembali pembayaran tunai Qatar, karena takut Hamas akan menggunakan dana tersebut untuk membangun kembali kemampuan militernya, yang secara signifikan melemah selama bentrokan bersenjata bulan lalu.
Salah satu kompromi yang disarankan termasuk menggunakan uang itu untuk secara langsung mendanai proyek-proyek PBB di Jalur Gaza. Masalah ini seharusnya menjadi agenda pertemuan minggu depan di Kairo antara pejabat Israel dan Mesir, menurut KAN.
"Ini adalah pertemuan yang buruk dan sama sekali tidak positif. Pertemuan dengan delegasi PBB itu menyeluruh dan mereka mendengarkan kami. Namun sayangnya, tidak ada indikasi niat untuk menyelesaikan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza," tukas Sinwar
Baca juga:
- Israel Sumbangkan 1 Juta Dosis Vaksin COVID-19 Pfizer untuk Palestina
- Pertama Kali Kibarkan Bendera LGBTQ, Kementerian Luar Negeri Israel Tuai Kritik
- Beri Ucapan Selamat ke Ebrahim Raisi, Hamas: Iran Pendukung Sejati Perjuangan Palestina
- Israel Kembali Lancarkan Serangan Udara ke Gaza, Targetkan Bangunan Milik Hamas
Kantor Perdana Menteri Israel Naftali Bennett tidak memberikan komentar atas pernyataan Sinwar. Namun, dalam upacara peringatan tentara Israel yang tewas dalam Perang Gaza 2014, PM Bennett menegaskan Israel tidak akan mentolerir dimulainya kembali permusuhan.
"(Kami) tidak akan mentolerir bahkan beberapa roket. Kami tidak akan menunjukkan kesabaran atau menahan diri terhadap faksi-faksi sempalan. Kesabaran kita sudah habis," tegasnya, mengacu pada serangan di masa lalu oleh militan selain Hamas.