Menilik Obsesi Liar dan Eksplorasi Sonik yeule di Lagu eko
JAKARTA - Penyanyi asal Singapura, yeule membagikan single terbarunya berjudul "eko" yang dirilis melalui label Ninja Tune. Karya ini memadukan obsesi dan eksplorasi yang menarik.
Ditulis di London dan direkam di Los Angeles, lagu ini diproduksi oleh yeule bersama dengan kolaborator lamanya, yaitu Chris Greatti (Willow, Yves Tumor, The Dare).
"eko" ditulis mengenai obsesi serta cinta, dan suara yang bergema di benak yeule. Lagu ini mengedepankan pendekatan pop yang mengaluni warna suara yeule yang terang dan jelas memimpin di atas produksi elektronik dari lagu ini. Pendengar akan dibuat merinding sedari detik pertama melalui intro yang eksploratif.
"Aku mudah sekali terobsesi dengan seseorang karena kecenderunganku untuk mencintai sebuah ide. Lagu ini adalah bentuk obsesiku," jelas yeule mengenai lagunya dalam keterangan tertulis, 28 Oktober.
Single ini dirilis menyusul suksesnya album 'softscars', yang meleburkan distorsi gitar dan gaya produksi alternatif. Album tersebut membawa yeule kepada titik dimana ia membedah secara detil anatomi luka emosional yang lama ia miliki, menjadikan album ini sebuah karya menusuk dan paling berani yang pernah dibuat yeule.
Baca juga:
Hadirnya 'softscars' dihadapkan oleh penghargaan kritis dari Pitchfork yang untuk kedua kalinya menamakan karya yeule sebagai 'Best New Music', diikuti juga oleh tepukan meriah dari media layaknya The New York Times, The FADER, Stereogum, Alternative Press, NPR dan masih banyak lagi. Album ini mengikuti rilisnya album 'Glitch Princess' yang juga banyak dipuja dan menjadi karya yeule pertama yang dicap sebagai bagian dari Pitchfork 'Best New Music'.
Membawakan karya yang menipu daya dengan pendekatannya yang multidisipliner, yeule merangkai beragam dunia dan persona melalui musik, menyulam bersama segala hal dari alunan klasik yang menggebu, nada khas internet yang hiper-modern, teori akademis, topik niche, dan dambaan terdalamnya.