Ukraina Bantah Terlibat Dalam Pasokan Drone ke Pemberontak Mali
JAKARTA - Ukraina pada Hari Senin malam membantah laporan media yang menyebutkan mereka terlibat dalam memasok pesawat tak berawak kepada para pemberontak yang bertempur di bagian utara Mali.
Surat kabar Le Monde Prancis melaporkan para pejuang Tuareg di negara Afrika Barat itu menggunakan drone Ukraina dengan dukungan "diam-diam namun tegas" dari Kyiv, untuk melawan tentara Mali dan kelompok tentara bayaran Wagner Rusia yang mengatakan mereka bertempur bersama tentara Mali.
"Ukraina menolak keras tuduhan yang baru-baru ini dirilis oleh media internasional tentang dugaan keterlibatan negara kami dalam memasok UAV kepada para pemberontak di Mali," kata Kementerian Luar Negeri Ukraina dalam sebuah pernyataan, mengacu pada kendaraan udara tak berawak, melansir Reuters 15 Oktober.
Mali, tempat otoritas militer merebut kekuasaan dalam kudeta pada tahun 2020 dan 2021, sedang memerangi pemberontakan yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, dengan pertempuran sengit melawan pemberontak Tuareg yang sedang berlangsung di dekat perbatasan Mali dengan Aljazair.
Pada Bulan Agustus, Mali memutuskan hubungan diplomatik dengan Ukraina karena komentar Kyiv bahwa para pemberontak mendapatkan semua informasi "yang diperlukan" untuk melakukan serangan yang dilaporkan menewaskan sejumlah tentara Mali dan pejuang Wagner di utara.
Rusia, yang dalam beberapa tahun terakhir telah mengintensifkan upaya untuk mendapatkan pengaruh di Afrika, termasuk Mali, menuduh Ukraina membuka "front kedua" melawan Rusia dengan mendukung para pejuang di negara-negara Afrika yang bersahabat dengan Moskow.
Baca juga:
- Sekjen NATO Rutte: Kami Lakukan Apa Pun yang Diperlukan, Ukraina akan Menang
- Ukraina Desak Brasil Tangkap Presiden Rusia Putin Jika Hadir di KTT G20 Bulan Depan
- Kremlin Sebut Latihan Nuklir NATO hanya Meningkatkan Ketegangan di Tengah Perang Ukraina
- UNICEF Sebut Jeda Kemanusiaan di Gaza untuk Menyelesaikan Vaksinasi Polio Telah Disetujui
Diketahui, Rusia dan Ukraina terlibat perang terbesar di Eropa setelah Perang Dunia II, setelah Moskow meluncurkan apa yang disebutnya sebagai operasi militer khusus pada Februari 2022 lalu.