Bagikan:

JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak akan gentar menghadapi ancaman Rusia, akan tetap memberikan dukungan kuatnya kepada Kyiv, kata Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte dalam kunjungan pertamanya ke misi aliansi untuk Ukraina di Wiesbaden, Jerman yang akan mengambil alih koordinasi bantuan militer dari Amerika Serikat.

"Pesan (kepada Presiden Rusia Vladimir Putin) adalah, kami akan terus maju, kami akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk memastikan ia tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya, bahwa Ukraina akan menang," katanya kepada Reuters dalam wawancara bersama dengan radio publik Jerman Hessischer Rundfunk pada Hari Senin, seperti dikutip 15 Oktober.

Rutte berbicara di Clay Barracks, pangkalan AS yang menjadi markas besar misi baru, yang dijuluki Bantuan Keamanan dan Pelatihan NATO untuk Ukraina (NSATU), yang secara bertahap akan mengambil alih koordinasi bantuan militer Barat ke Kyiv.

Langkah ini secara luas dipandang sebagai upaya untuk melindungi mekanisme bantuan terhadap kemungkinan kembalinya kritikus NATO Donald Trump ke Gedung Putih.

Trump, calon presiden dari Partai Republik akan melawan Kamala Harris dari Partai Demokrat dalam pemilihan umum AS pada tanggal 5 November.

Para diplomat mengakui penyerahan koordinasi bantuan militer kepada NATO mungkin memiliki dampak yang terbatas, mengingat AS adalah kekuatan dominan NATO dan menyediakan sebagian besar persenjataan untuk Ukraina.

NSATU diperkirakan memiliki kekuatan total sekitar 700 personel, termasuk pasukan yang ditempatkan di markas militer NATO SHAPE di Belgia serta di pusat logistik di Polandia dan Rumania.

Pangkalan Wiesbaden juga menjadi tempat bagi unit AS yang bertanggung jawab atas rudal jarak jauh yang akan dikerahkan Washington ke Jerman untuk sementara mulai tahun 2026, guna melawan apa yang digambarkan kedua negara sebagai ancaman yang ditimbulkan oleh rudal Rusia yang ditempatkan di dekat Kaliningrad, sekitar 500 kilometer (311 mil) dari Berlin.

Pada kunjungan pertamanya ke Jerman sebagai kepala NATO, Rutte menyambut baik langkah yang telah dikecam sebagai provokasi oleh Rusia dan memicu perdebatan sengit di Partai Sosial Demokrat Kanselir Olaf Scholz.

Rutte, yang menjabat sebagai perdana menteri Belanda dari tahun 2010 hingga 2024, mengatakan sangat penting bagi NATO untuk memiliki berbagai kemampuan yang dibutuhkan untuk mencegah ancaman Rusia.

"Kami adalah NATO. Kami adalah aliansi defensif, kami tidak ofensif. Kami tidak tertarik untuk merebut bagian mana pun dari negara lain di luar wilayah NATO," jelasnya.

"Sebagai aliansi demokrasi ini, aliansi militer terkuat dalam sejarah dunia, yang melayani 1 miliar orang, kami siap menghadapi ancaman apa pun. Kami tidak akan pernah terintimidasi oleh musuh-musuh kami," tandasnya.