Moskow Tegaskan Tidak akan Gelar Uji Coba Nuklir Jika Amerika Serikat Menahan Diri
JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov mengatakan, Rusia sesuai pernyataan sebelumnya, tidak akan melakukan uji coba nuklir apa pun selama Amerika Serikat juga menahan diri untuk tidak melakukannya.
"Tidak ada," kata Wamenlu Ryabkov, dilansir dari TASS 24 September.
"Seperti yang sebelumnya digarisbawahi oleh presiden Rusia, kami dapat melakukan uji coba semacam itu, tetapi kami tidak akan melakukannya, mengingat Amerika Serikat menahan diri dari langkah-langkah seperti itu terkait uji coba," urainya.
"Saya ingin menarik perhatian Anda pada laporan media baru-baru ini yang mengatakan bahwa infrastruktur di Novaya Zemlya sudah sepenuhnya siap. Ini juga sebagai tanggapan atas langkah-langkah dari pihak Washington yang telah difokuskan pada peningkatan infrastruktur yang mereka miliki di bidang ini dalam beberapa tahun terakhir," imbuh Ryabkov.
Diberitakan sebelumnya, kepala situs uji coba nuklir Rusia di Kepulauan Novaya Zemlya, Samudra Arktik Laksamana Muda Andrei Sinitsyn mengatakan kepada Rossiyskaya Gazeta, uji coba nuklir dapat dilakukan di sana "kapan saja."
Situs itu merupakan tempat Uni Soviet melakukan lebih dari 200 uji coba nuklir, termasuk peledakan bom nuklir terkuat di dunia pada tahun 1961, dikutip dari Reuters.
Situs ini diawasi ketat oleh satelit mata-mata Barat terkait aktivitas di tengah tanda-tanda pekerjaan konstruksi musim panas lalu yang ditunjukkan dalam citra satelit sumber terbuka.
"Situs pengujian siap untuk dimulainya kembali aktivitas pengujian skala penuh. Situs ini siap secara keseluruhan. Laboratorium dan fasilitas pengujian siap. Personel siap. Jika perintah datang, kami dapat memulai pengujian kapan saja," kata Laksda Sinitsyn.
Berfoto dengan seragam angkatan lautnya di samping lemari yang berisi buku tentang Presiden Putin dan beruang kutub porselen putih raksasa, Sinitsyn menggambarkan fasilitas yang dijaga dalam kondisi sangat siap yang dilindungi oleh pasukan elit.
"Yang terpenting bagi kami adalah tidak mengganggu pelaksanaan tugas negara. Jika tugas melanjutkan pengujian ditetapkan, itu akan diselesaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan," katanya.
Beberapa analis Barat dan Rusia mengatakan Presiden Vladimir Putin dapat memerintahkannya untuk mencoba mengirim pesan pencegahan kepada Barat, jika negara itu membiarkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauhnya untuk menyerang Rusia, sesuatu yang sedang dibahas.
Baca juga:
- Presiden Iran Pezeshkian: Kami Tidak Menginginkan Perang, Israel Berusaha Ciptakan Konflik
- 1,4 Juta Anak Perempuan Afghanistan Tidak Bisa Akses Pendidikan, Menlu Retno: Kita Perlu Menggunakan Segala Cara
- Tersangka Percobaan Penembakan Donald Trump Terancam Didakwa dengan Tuduhan Percobaan Pembunuhan
- Menlu RI: Kita Harus Menghidupkan Kembali Semangat Bandung untuk Menghadapi Ketidakadilan Terhadap Palestina
Presiden Putin, yang bertanggung jawab atas kekuatan nuklir terbesar di dunia, menandatangani undang-undang November lalu yang mencabut ratifikasi Rusia atas perjanjian global yang melarang uji senjata nuklir, sebuah langkah yang menurutnya dirancang untuk menyelaraskan Rusia dengan Amerika Serikat, yang menandatangani tetapi tidak pernah meratifikasi perjanjian tersebut.
Pada Bulan Juni Pemimpin Kremlin mengatakan pada Bulan Juni, Rusia dapat menguji senjata nuklir "jika perlu", tetapi tidak melihat perlunya melakukannya saat ini.
Diketahui, uji coba nuklir terakhir dilakukan di lokasi uji coba Semipalatinsk pada 19 Oktober 1989 dan di lokasi uji coba Novaya Zemlya pada 24 Oktober 1990.