Bagikan:

JAKARTA - Israel ingin menyeret Timur Tengah ke dalam perang besar-besaran dengan memprovokasi Iran untuk bergabung dalam konflik yang telah berlangsung hampir setahun antara Israel dan Hizbullah, kata Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada Hari Senin, memperingatkan konsekuensinya yang "tidak dapat diubah".

Berbicara kepada sekelompok wartawan setelah kedatangannya di New York, Amerika Serikat untuk menghadiri pertemuan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Presiden Pezeshkian mengatakan: "Kami tidak ingin menjadi penyebab ketidakstabilan di Timur Tengah karena konsekuensinya tidak dapat diubah," seperti dikutip dari Reuters 24 September.

"Kami ingin hidup dalam damai, kami tidak menginginkan perang," lanjutnya.

"Israel-lah yang berusaha menciptakan konflik habis-habisan ini," tandas Presiden Pezeshkian.

Presiden Pezeshkian, politikus yang relatif moderat yang terpilih pada Bulan Juli dengan menjanjikan kebijakan luar negeri yang pragmatis, menuduh masyarakat internasional bungkam dalam menghadapi apa yang disebutnya "genosida Israel" di Gaza.

Seruan Presiden Pezeshkian untuk menyelesaikan konflik Timur Tengah melalui dialog muncul setelah Israel melancarkan gelombang serangan udara yang intens terhadap Hizbullah pada Hari Senin, menjadikannya hari paling mematikan di Lebanon dalam hampir setahun konflik antara Israel dan kelompok militan tersebut.

"Kami akan membela kelompok mana pun yang membela hak-haknya dan dirinya sendiri," kata Presiden Pezeshkian, ketika ditanya apakah Iran akan memasuki konflik antara Israel dan Hizbullah, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Diketahui, kebijakan regional Iran ditetapkan oleh Garda Revolusi (IRGC) yang hanya bertanggung jawab kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Presiden Pezeshkian telah berulang kali menegaskan sikap anti-Israel Iran dan dukungannya terhadap gerakan perlawanan di seluruh wilayah tersebut sejak menjabat bulan lalu.

Ketika ditanya apakah Iran akan membalas pembunuhan pemimpin kelompok militan Palestina Hamas, Ismail Haniyeh, di wilayahnya pada akhir Juli, Presiden Pezeshkian mengatakan, "Kami akan menanggapi pada waktu dan tempat yang tepat, dengan cara yang tepat".

Sebelumnya, tiga pejabat senior Iran mengatakan kepada Reuters Agustus lalu, Teheran telah terlibat dalam dialog yang intens dengan negara-negara Barat dan Amerika Serikat untuk mengkalibrasi pembalasan terhadap Israel atas pembunuhan Haniyeh.

Presiden Pezeshkian mengatakan, "kami diberitahu dalam seminggu akan ada perjanjian gencatan senjata" antara Israel dan Hamas, " tetapi minggu itu tidak pernah tiba dan sebaliknya Israel terus memperluas serangannya."