Mendikbud Tegaskan Koleksi Museum Nasional Harus Diduplikasi Imbas Pencurian dalam Memori Hari Ini, 13 September 2013

JAKARTA – Memori hari ini, 11 tahun yang lalu, 13 September 2013, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), M. Nuh menyiapkan langkah pengamanan untuk koleksi Museum Nasional atau Museum Gajah di Jakarta. Langkah pengamanan itu berfokus kepada pembuatan duplikasi koleksi untuk mencegah pencurian.

Sebelumnya, pencurian empat artefak emas di Museum Nasional membawa kehebohan. Koleksi itu adalah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang dibuat pada abad 10 masehi. Pemerintah pun kalang kabut mencari pelaku.

Pencurian artefak di Museum nasional bukan barang baru. Dulu kala, penjahat legendaris Kusni Kasdut telah menghebohkan seisi Indonesia dengan merampok emas hingga berlian di Museum Nasional pada 1960-an.

Keberhasilan perampokan itu membuat pemerintah waspada terhadap artefak museum yang memiliki nilai tinggi: dari sejarah hingga harga. Daya tarik itu bisa membuat orang-orang tergiur untuk mencuri atau memiliki koleksinya.

Belakangan tak terdengar lagi berita pencurian artefak di museum-museum, khususnya Museum Nasional. Namun, dalam ketenangan itu pemerintah justru kebobolan. Empat koleksi enam dari Museum Nasional raib pada 11 September 2013.

M. Nuh yang pernah menjabat sebagai Mendikbud era 2009-2014. (ANTARA)

Emas itu masing-masing Lempeng Naga Mendekam Berinskipsi, Lempeng Bulan Sabit Beraksara, Wadah Bertutup (Cepuk), dan Lempeng Harihara. Empat artefak tersebut adalah peninggalan Kerajaan Mataram Kuno dan dibuat pada abad 10 Masehi.

Kehebohan pun muncul pada 12 September, atau sehari setelah artefak emas itu hilang. Orang-orang mulai mengecam pengelola museum dan pemerintah yang dianggap abai menjaga benda bersejarah. Keamanan terkait benda itu disebut ala kadarnya.

Keempatnya hanya ditempatkan di dalam satu buah lemari kaca yang berada di ruang Kasana di lantai dua. Kemendikbud pun tak tinggal diam. Mereka mulai mencari empat artefak yang hilang. Mereka mencoba berkordinasi kepada semua pihak.

Utamanya, mereka mendekati komunitas kolektor barang-barang kuno. Tujuanya supaya mereka dapat memberikan info jika melihat emas yang telah dicuri.

"Kemarin Museum Nasional kehilangan empat koleksinya, berupa lempeng emas temuan abad 18 oleh Belanda. Seluruhnya merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno pada abad 10 Masehi," kata, Pelaksana Tugas Dirjen Kebudayaan, Kacung Marijan dikutip laman Kompas.com, 12 September 2013.

Mendikbud M. Nuh pun berang bukan main. Koleksi yang hilang termasuk berharga bagi Indonesia. Ia pun mencoba menyiapkan langkah pengamanan pada 13 September 2013. Langkah pengamanan itu berbentuk usaha melakukan duplikasi koleksi museum.

Alhasil, ke depan benda yang dipamerkan tak harus aslinya. Tujuannya supaya pencurian macam hilangnya artefak emas berusia 1.000 tahun tak buat was-was. Selebihnya, ia meminta aparat keamanan untuk segera menelusuri pencuri dari artefak yang hilang.

"Pertama kita tetap selamatkan aset hilang dengan menyampaikan info pencurian ke balai lelang dan asosiasi kolektor, intinya ingin mengamankan aset yang hilang itu. Kedua, untuk hal-hal khusus terkait warisan budaya, kita harus punya duplikasinya. Jadi duplikasinya yang dipamerkan, tidak harus yang aslinya untuk menghindari terjadi apa-apa," ungkap M. Nuh sebagaimana dikutip laman BBC Indonesia, 13 September 2013.