Astronot NASA Terjebak di Luar Angkasa Akibat Masalah Pesawat Boeing, Hadapi Paparan Radiasi Tinggi
JAKARTA - Dua astronot NASA, Sunita Williams dan Barry Wilmore, tengah menghadapi risiko kesehatan serius setelah terjebak di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) selama tiga bulan akibat masalah teknis pada pesawat Boeing Starliner.
Pesawat yang seharusnya membawa mereka kembali ke Bumi mengalami serangkaian kegagalan teknis, termasuk kebocoran helium dan kegagalan lima dari 18 mesin pendorongnya. Akibatnya, NASA memutuskan untuk menunda kepulangan mereka hingga paling cepat Februari 2025, ketika misi SpaceX Crew Dragon dijadwalkan untuk membawa mereka kembali.
Paparan radiasi di luar angkasa menjadi salah satu ancaman terbesar bagi astronot. Menurut NASA, selama tiga bulan di ISS, Williams dan Wilmore telah terpapar radiasi berkisar antara 40 hingga 80 millisievert (mSv), yang setara dengan 120 hingga 240 X-ray dada. Dengan perpanjangan masa tinggal mereka hingga delapan bulan, paparan radiasi tersebut bisa meningkat menjadi 310 hingga 630 X-ray dada. Jumlah ini sangat berbahaya, karena radiasi di luar angkasa dapat merusak DNA sel, yang berisiko menyebabkan kanker, penyakit kardiovaskular, serta kerusakan pada sistem saraf pusat.
"Ruang angkasa adalah tempat yang sangat tidak ramah bagi kehidupan manusia. Tidak ada udara yang bisa dihirup, gravitasi mikro mengikis tulang dan otot, serta paparan radiasi yang tinggi dalam bentuk partikel bermuatan energi tinggi," ujar Martin Archer, seorang fisikawan plasma luar angkasa.
Studi NASA menunjukkan bahwa astronot yang menghabiskan enam bulan di ISS biasanya terpapar antara 80 hingga 160 mSv radiasi. ISS memiliki pelindung yang dirancang untuk mengurangi paparan radiasi, namun astronot tetap mengalami paparan radiasi 365 kali lebih besar dibandingkan mereka yang berada di Bumi.
Radiasi ini tidak hanya meningkatkan risiko jangka panjang seperti kanker, tetapi juga dapat menyebabkan sindrom radiasi akut jika paparan dalam jumlah besar terjadi dalam waktu singkat. Meski belum ada astronot yang meninggal akibat sindrom ini, risikonya tetap ada, terutama jika terjadi flare matahari, yaitu lonjakan radiasi energi tinggi dari permukaan matahari.
NASA telah memperingatkan bahwa flare matahari dan sinar kosmik galaktik, yang merupakan partikel energi tinggi dari luar tata surya, dapat memperburuk paparan radiasi yang dialami astronot. Meskipun ISS berada di orbit rendah Bumi dan mendapat perlindungan sebagian dari medan magnet bumi, namun astronot tetap melewati area radiasi tinggi selama pergerakan orbitnya.
"Medan magnet bumi atau magnetosfer memang membantu melindungi kita dari sebagian besar radiasi luar angkasa, namun mereka yang berada di luar angkasa, termasuk di ISS, tetap menerima paparan radiasi yang lebih besar," jelas Archer.
Masalah yang dialami Starliner tidak hanya terjadi saat di orbit. Sebelum peluncuran, pesawat tersebut telah mengalami beberapa kali penundaan karena masalah teknis, termasuk kebocoran helium yang akhirnya dianggap tidak cukup serius untuk menunda peluncuran lebih lanjut. Namun, setibanya di ISS, masalah baru muncul dengan kebocoran helium lebih lanjut dan kegagalan mesin pendorong.
NASA dan Boeing akhirnya memutuskan bahwa terlalu berisiko untuk membawa astronot kembali ke Bumi menggunakan Starliner. Oleh karena itu, mereka akan menunggu hingga SpaceX Crew Dragon datang untuk menjemput mereka, dengan peluncuran yang dijadwalkan tidak lebih awal dari 24 September 2024.
Baca juga:
Meskipun astronot di ISS tidak terpapar radiasi dalam jumlah yang cukup besar untuk segera menyebabkan kerusakan fatal, paparan jangka panjang ini tetap menjadi kekhawatiran utama. Paparan radiasi dapat menyebabkan mutasi DNA, yang berpotensi menyebabkan kanker. Selain itu, radiasi juga dapat merusak sistem kardiovaskular dengan mengeraskan arteri dan merusak sel-sel di lapisan pembuluh darah, serta mempengaruhi otak dengan menghambat neurogenesis, proses pembentukan sel-sel otak baru, yang dapat menyebabkan penurunan kognitif dan masalah memori.
Dengan matahari yang saat ini berada pada puncak siklus 11 tahunnya, atau yang dikenal sebagai solar maksimum, risiko lonjakan radiasi akibat flare matahari semakin meningkat. Flare matahari dapat menghasilkan gelombang radiasi yang bisa menembus medan magnet bumi dan ISS, yang menambah risiko bagi astronot yang sedang berada di luar angkasa.
Paparan radiasi ini menambah daftar risiko yang harus dihadapi para astronot, yang sudah harus berjuang melawan efek gravitasi mikro yang dapat menyebabkan pengeroposan tulang dan kehilangan massa otot. NASA dan tim medis terus memantau kondisi kesehatan Williams dan Wilmore, namun risiko kesehatan jangka panjang akibat radiasi ini tidak dapat diabaikan.
Meski demikian, para astronot NASA tetap menjalankan misi mereka di ISS dengan dedikasi tinggi, sambil menunggu kepulangan mereka dengan selamat ke Bumi.