Etnis Bersenjata KIA Serang 4 Markas Batalion Polisi Myanmar, Seorang Komandan Tewas
JAKARTA - Kachin Independence Army (KIA), sayap militer etnis bersenjata Kachin State kembali melancarkan serangan terbuka terhadap rezim militer Myanmar.
Kali ini, giliran empat markas batalion Polisi Myanmar di Hpakant, Negara Bagian Kachin, Minggu 28 Maret. Sejumlah polisi Myanmar dikabarkan tewas, serta sejumlah persenjataan disita oleh KIA.
Dua dari empat markas batalion polisi rezim militer Myanmar yang diserang berada di Desa Lone Khine, kata penduduk setempat. Sementara, sekitar 20 polisi dari batalion di desa Hpawa dikabarkan tewas.
"Hanya dua polisi yang lolos. Sisanya tewas. Dan seorang komandan batalyon dari kepolisian juga tewas," kata warga tersebut melansir Myanmar Now.
Batalyon lain yang diserang berada di dekat desa San Khar. Seorang juru bicara rezim militer Myanmar tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang pertempuran itu.
Serangan KIA terjadi sekitar pukul 03.00 dan berlanjut hingga dini hari pada tanggal 28 Maret.
Zaw Nam, warga desa Sangkha, dekat desa Hpawahtake di mana salah satu batalyon polisi berada, mengatakan bahwa dia bisa mendengar suara tembakan dan senjata berat hingga pukul 06.00.
"KIA meyita senjata kepolisian di Hpawahtake. Mereka meninggal, polisi tampak luka parah," katanya.
Terkait hal ini, petugas informasi KIA Kolonel Naw Bu menyebut belum ada rincian terkait serangan ini, karena belum ada laporan lapangan yang dikeluarkan.
Dia mengatakan, artileri berat telah ditembakkan dari pangkalan rezim militer Myanmar Kharagone, dekat markas besar Kachin di Laiza pada 27 Maret.
Sejak kudeta pada 1 Februari lalu, KIA sering terlibat pertempuran dengan polisi dan militer Myanmar di daerah-daerah yang dikendalikan KIA di Negara Bagian Shan utara. KIA merebut pangkalan militer Alaw Bum junta di Dawphoneyang, Negara Bagian Kachin selatan, pada 25 Maret.
Seorang penduduk ibu kota negara bagian Myitkyina mengatakan bahwa angkatan bersenjata rezim menggunakan helikopter untuk melakukan serangan udara terhadap KIA di Alaw Bum, tetapi pasukan Kachin masih dapat mengambil alih lokasi tersebut.
Brigade 8 KIA mengeluarkan pernyataan pada hari Minggu yang mendesak rezim kudeta untuk mengakhiri penumpasan berdarah terhadap pengunjuk rasa damai di Myanmar, yang menyatakan bahwa KIA akan berperang bersama warga melawan kediktatoran.
Terpisah, etnis bersenjata Serikat Nasional Karen (KNU) telah menentang kudeta tersebut dan juga melakukan serangan militer terhadap tentara junta di wilayahnya sendiri di Myanmar tenggara.
KNU merebut pangkalan militer Thee Mu Hta di distrik Mutraw Negara Bagian Karen pada tanggal 27 Maret. Jumlah korban dalam serangan itu masih belum dikonfirmasi. Foto menunjukkan setidaknya tujuh tawanan militer.
Baca juga:
- Militer Myanmar Lancarkan Serangan Udara ke Wilayah Karen yang Dikuasai Kelompok Etnik Bersenjata
- Hari Angkatan Bersenjata: 114 Pengunjuk Rasa Tewas, Etnis Bersenjata Rebut Markas Militer Myanmar di Kayin
- Jepang Didesak Putus Kerja Sama Pembangunan Jembatan Senilai Rp4,6 Triliun dengan Rezim Militer Myanmar
- Etnis Bersenjata Tolak Hadiri Hari Angkatan Bersenjata Myanmar Pagi Ini, Tuntut Akhiri Kudeta
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.