Seisi Dunia Menyambut Film Blade dalam Memori Hari Ini, 21 Agustus 1998
JAKARTA – Memori hari ini, 26 tahun yang lalu, 21 Agustus 1998, film yang diadaptasi dari komik Marvels, Blade resmi dirilis di seluruh dunia. Pahlawan super unik yang diperankan oleh Wesley Snipes langsung memukau banyak mata. Film bergenre action horror itu penuh dengan sentuhan laga.
Sebelumnya, produsen kisah pahlawan super, Marvels Comics pernah membuat kisah pahlawan super melawan bangsa vampir pada 1973. Blade, namanya. Saban hari sosok itu mengorbankan dirinya jadi juru selamat umat manusia dari serbuan vampir.
Kisah pahlawan super memang memiliki pasar yang besar. Pahlawan supernya bisa berasal dari mana saja. Bisa berasal dari planet lain. Bisa pula dari rakyat biasa yang oleh karena sesuatu memiliki kekuatan super. Dunia pun mengenal sosok Captain America, Spiderman, dan Hulk.
Captain America mendapatkan kekuatan super karena sebuah serum. Hulk tak mau kalah. Sosok manusia hijau kekar itu mendapatkan kekuatan super dari eksperimen yang gagal. Namun, Marv Wolfmanand (penulis) dan Gene Colan (komikud) punya ide lain.
Keduanya mencoba mengembangkan ide pahlawan super bernama Blade untuk Marvels pada 1973. Blade merupakan sosok manusia setengah vampir pembela kebajikan. Manusia setengah vampir itu memiliki kekuatan super seperti fisiknya yang kuat dan penyembuhan yang cepat.
Belakangan kisah Blade coba diangkat ke layar live action sedari 1992. Sutradara kenamaan, Stephen Norrington lalu tertarik bergabung dalam proyek film Blade. Pembenahan ide cerita dilakukan. Bahkan, mencoba lebih jauh melangkah dari cerita komik.
Karakter Blade dibuat bak pembunuh vampir berdarah dingin. Mereka pun memulai pencarian untuk tokoh Blade yang notabene dari kalangan Afro-Amerika. Namun, pilihan bintang utama justru jatuh kepada aktor, Wesley Snipes.
Snipes dianggap menjadi representasi seorang Blade yang sempurna. Ia sedikit bicara, tapi dapat memusnahkan vampir yang mengganggu umat manusia. Film itu lalu diproduksi pada 1996.
“Kehadiran Snipes menambah garang sosok Blade. Ia segera menempatkan Blade sebagai pahlawan super yang digilai banyak orang. Kepercayaan itu muncul karena Snipes telah lebih dulu muncul sebelumnya di film-film blockbuster action seperti film laga Passenger 57 pada 1992, Demolition Man pada 1993, dan Money Train pada 1995.”
“Snipes berperan sebagai vampir yang spesial, Dhampir. Ia bisa berjalan siang hari dan tidak terpengaruh oleh sinar matahari. Sekalipun ia masih harus memakai kacamata hitam karena dia sensitif terhadap cahaya terang,” ujar Lesley Hawkes dalam buku Popular Appeal (2013).
Baca juga:
- Mendikbud M. Nuh Tak Setuju Tes Keperawanan dalam Memori Hari Ini, 20 Agustus 2013
- Ki Hajar Dewantara Jadi Menteri Pendidikan Pertama Indonesia dalam Sejarah Hari Ini, 19 Agustus 1945
- Menteri KKP Susi Pudjiastuti Dapat Gelar Kehormatan Warga Adat Enggano dalam Memori Hari Ini, 18 Agustus 2016
- Jokowi Mohon Doa Restu Pindah Ibu Kota ke Kalimantan dalam Memori Hari Ini, 16 Agustus 2019
Pucuk dicinta ulam tiba. Film Blade pun akhirnya dirilis di seluruh dunia pada 21 Agustus 1998. Pecinta film sedunia pun mulai memadati bioskop untuk mengetahui awal mula dari kisah Blade dan mengapa ia membenci vampir.
Blade dikisahkan memiliki dendam kepada bangsa vampir karena telah membuat ibunya yang sedang mengandung Blade meninggal. Istimewanya Blade yang bisa bertahan lalu menjelma jadi vampir. Ia pun kekuatan untuk mengalahkan vampir yang ingin menguasai dunia manusia.
Hasilnya gemilang. Bumbu cerita itu membuat film Blade laku keras. Film yang penuh laga, aksi berdarah-darah, hingga kekerasan. Film itu bahkan mendapat keuntungan hingga ratusan juta dolar di seluruh dunia. Kesuksesan itu kemudian memunculkan Blade II (2002) dan Blade Trinity (2004).
“Blade adalah manusia campuran vampir yang lahir dari seorang wanita hamil yang digigit secara mengerikan oleh vampir. Jadi dia memiliki kekuatan vampir tetapi diberkahi dengan kemampuan untuk bertahan di siang hari. Sekalipun Blade terpaksa mengonsumsi serum tertentu untuk menekan rasa haus darahnya,” ungkap Peter Bradshaw dalam tulisannya di laman The Guardian, 27 Oktober 2021.