Indef: Utang Luar Negeri BUMN Sempat Naik Rp996 Triliun hingga Kuartal III 2020
JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat utang luar negeri badan usaha milik negara (BUMN) mengalami peningkatan yang signifikan usai periode 2015 hingga 2016. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan Indef, hingga di kuartal III 2020 utang di sektor keuangan dan non keuangan menembus Rp996 triliun.
Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Indef, Deniey A. Purwanto mengatakan tren kenaikan utang luar negeri BUMN secara signifikan ini terjadi di 2018. Di mana, utang di sektor keuangan berada di posisi 23,44 persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang berada di angka 0,10 persen, angka ini lebih tinggi.
Berdasarkan riset Indef, Deniey mengatakan utang luar negeri BUMN non keuangan tercatat berada di posisi 41,64 persen pada 2018. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan pada periode sebelumnya yakni 5,14 persen.
Lebih lanjut, Deniey berujar beberapa tahun terakhir utang BUMN menunjukan kecenderungan peningkatan yang cukup pesat baik BUMN lembaga keuangan maupun non lembaga keuangan.
"Ketika kita membandingkan BUMN keuangan dan BUMN non keuangan, kita harus keluarkan tabungan dan deposito dari utang, tapi tetap saja kita lihat perkembangan utang BUMN lembaga keuangan dan non lembaga keuangan meningkat cukup drastis dalam beberapa tahun terakhir," ujarnya dalam diskusi virtual, Rabu, 24 Maret.
Pada 2020, kata Deniey, utang BUMN tercatat mengalami penurunan signifikan. Dalam periode ini, utang perseroan negara hanya berada di angka 10,5 persen untuk lembaga keuangan. Sementara non keuangan hanya tercatat 12,99 persen.
Baca juga:
- Utang Luar Negeri Indonesia Naik Tembus Rp6.063 Triliun, Bank Indonesia: Secara Struktur Masih Sehat
- Bank Indonesia: Cadangan Devisa Meningkat, Bayar Utang Luar Negeri Aman
- Utang Luar Negeri Indonesia 2020 Dekati Level Psikologis Rp6.000 Triliun, BI: Aman!
- Susi Pudjiastuti Cuit Soal Utang Era Jokowi Rp5.800 Triliun, Anak Buah Sri Mulyani: Ini Utang Pemerintah dan Swasta
Di sisi lain, kata dia, jika dibandingkan antara utang luar negeri BUMN keuangan dan non keuangan, yang paling banyak diserap adalah BUMN dengan core business atau bisnis inti infrastruktur. Hal itu terkait dengan penugasan dari pemerintah. Contohnya adalah pembangunan sejumlah proyek strategi nasional (PSN).
"Sejak 2018, memang utang BUMN non keuangan meningkat jauh lebih pesat daripada lembaga non keuangan. Ini berkaitan juga dengan penugasan, pembangunan infrastruktur di Indonesia begitu," jelasnya.
Deniey mengatakan terdapat perbedaan juga terkait jatuh tempo utang luar negeri. Ada struktur waktu yang membedakan antara utang BUMN keuangan dan non keuangan.
"Utang BUMN keuangan lebih didominasi oleh utang jangka pendek, sementara BUMN non keuangan didominasi utang jangka panjang," tuturnya.