Rahmat Shah: Berburu itu Boleh, tapi Ada Tata Kramanya

JAKARTA - Pengusaha dan juga politikus Rahmat Shah mengungkap alasan dirinya berani merogoh kocek hingga Rp1 miliar rupiah untuk kelangsungan hidup Kebun Binatang Medan Zoo, yang banyak menjadi sorotan karena terbengkalai. Menurut Rahmat, keprihatinannya terhadap Medan Zoo tak lepas dari rasa sayangnya terhadap binatang sejak kecil.

“Jadi saya sejak kecil memang sudah suka memelihara binatang liar seperti kelabang, kalajengking, dan ular. Bahkan, kalau pembantu di rumah saya membunuh binatang saya bisa marah dan nangis berhari-hari,” kata Rahmat kepada host Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang Rabu, 7 Agustus 2024.

Unit usaha Perusahaan Umum Daerah (PUD) Pembangunan Kota Medan, Medan Zoo, menerima bantuan sebesar Rp1 miliar dari Rahmat Shah untuk Medan Zoo pada Rabu, 5 Juni 2024. Menurut Rahmat kala itu, dana tersebut adalah bagian dari total Rp5 miliar yang akan disumbangkan secara bertahap. “Niat baik ini bertujuan mulia untuk alam dan untuk makhluk Tuhan,” kata pria yang dikenal dengan banyak aksi filantropinya ini.

Rahmat yang tak lain anggota DPD RI 2009-2014 tidak tiba-tiba saja “peduli pada hewan dan menyumbang ke Medan Zoo. Ia sebelumnya sudah punya pengalaman yang panjang dalam mengelola kebun binatang. Selain memiliki salah satu kebun binatang terbaik di Indonesia yakni Rahmat Zoo and Park yang terletak di di Perbaungan, Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Rahmat juga membangun museum margasatwa bernama Rahmat International Wildlife Museum and Gallery di Medan. Diketahui museum itu menjadi satu-satunya di Asia yang memiliki lebih dari 5.000 spesimen taksidermi.

Kini Rahmat menahkodai Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI). Di organisasi tersebut, ia terus mengkampanyekan pentingnya pembangunan kebun binatang di suatu daerah untuk pendidikan generasi muda. “Melalui kebun binatang masyarakat bisa mendapatkan hiburan yang sehat, mendidik, dan terjangkau. Nah, kalau anak-anak ke mall, ke shopping center, ke tempat-tempat yang menonjolkan suatu kemewahan, itu bisa jadi malah ‘merusak’. Budaya konsumtifnya akan membahayakan masa depan mereka,” ucapnya.

Rahmat: Berburu Ada Tata Kramanya

Kendati dikenal pecinta binatang, Rahmat juga ternyata kerap berburu binatang hingga luar negeri. Bahkan dia bergabung dengan Safari Club International (SCI) yang membawanya menjelajahi hutan di belahan dunia seperti Afrika, Prancis, Amerika Serikat, Kanada, hingga Jerman.

Rahmat menegaskan tindakannya ini tidaklah ilegal dan merusak, tapi sebaliknya sebagai ajang belajar untuk menjaga populasi satwa melalui aturan berburu yang ketat. Misalnya dilarang membunuh anak hewan liar tapi targetnya hewan dewasa yang tidak produktif dengan jarak tembak tertentu agar tidak menyakiti. “Jadi, berburu itu boleh tapi ada tata krama yang harus kita pegang agar populasi itu tetap terjaga,” katanya.

Rahmat menyebut, kondisi dan aturan perburuan ini berbeda dengan di Indonesia. “Di negara kita enggak boleh berburu, tapi pembantaian terjadi di mana-mana. Orang menjerat, meracun (hewan pun) habis. Dulu kita punya tiga jenis harimau yakni harimau Jawa, Bali, dan Sumatera. Jawa dan Bali sudah punah, sekarang, Sumatra juga bisa demikian kalau kita tidak jaga,” katanya.

Oleh karanya, Rahmat kembali menegaskan langkah berburu yang dilakukannya memiliki misi untuk menyelamatkan kepunahan hewan. Berbeda dengan pemburu hewan liar yang kerap melakukan pembantaian hewan secara kejam tanpa melihat kelangsungan hewan tersebut.

“Jadi pesan saya kepada generasi muda jangan mudah memvonis orang lain kalau tidak menguasai masalahnya. Maaf, kalau hal gini saya agak terpancing,” ucapnya tertawa.

Saksikan selengkapnya di EdShareOn Eddy Wijaya! (ADV)