Pabriknya Dibakar di Myanmar, Taiwan Perintahkan Pengibaran Bendera Nasional, Bedakan dengan China
JAKARTA - Kedutaan Besar de facto Taiwan di Myanmar, meminta perusahaan Taiwan yang beroperasi di Myanmar untuk mengibarkan bendera nasional Taiwan atau 'Blue Sky, White Sun, Wholly Red Earth'. Tujuannya, untuk memberikan perbedaan identitas dengan China.
Hal ini dilakukan setelah dua pabrik di Zona Industri Hlaing Tharyar, Yangon, terbakar dalam bentrok antara rezim militer Myanmar dengan pengunjuk rasa antikudeta 1 Februari pada Minggu 14 Maret kemarin.
Taiwan diketahui merupakan rumah bagi populasi Sino-Burma yang besar, memiliki hubungan budaay dan hubungan bisnis yang erat.
"Hanya satu perusahaan Taiwan yang terperangkap dalam kekerasan tersebut, dengan 10 warga negaranya terperangkap di dalam tempat tersebut meskipun mereka aman," sebut Kementerian Luar Negeri Taiwan melansir Reuters.
Kantor perwakilan Taiwan pun bergerak cepat, setelah menerima laporan serangan terhadap perusahaan China, menyusul kian tingginya sentimen anti-China. Perusahaan Taiwan diminta untuk membuat tanda pemberitahuan dalam Bahasa Burma yang bertuliskan 'Perusahaan Taiwan' sambil mengibarkan bendera nasional Taiwan.
"Jelaskan kepada pekerja lokal dan tetangga bahwa mereka adalah pabrik Taiwan, untuk menghindari orang luar menjadi bingung dan salah menilai," sebut kantor perwakilan tersebut dalam keterangannya.
Diberitakan sebelumnya, dua pabrik garmen milik investor China dan Taiwan di Zona Industri Hlaing Tharyar, Yangon, ketika pasukan keamanan rezim militer melakukan tindakan represif terhadap para pengunjuk rasa antikudeta militer Myanmar di daerah tersebut pada Minggu 14 Maret.
Seorang pejabat kawasan industri mengatakan, kedua pabrik tersebut adalah Global Fashion, sebuah pabrik garmen yang didukung oleh investor China, dan Tsang Yih, salah satu pabrik sepatu milik asing terbesar di Myanmar yang dioperasikan oleh investor Taiwan.
Baca juga:
- Ungguli Rusia hingga China, Amerika Serikat Jadi Eksportir Senjata Terbesar Dunia 5 Tahun Terakhir
- Minggu Berdarah: 39 Pengunjuk Rasa Tewas, Korban Jiwa Antikudeta Militer Myanmar Tembus 134 Orang
- Pabriknya di Yangon Terbakar, China Minta Kepastian Hukum dari Rezim Militer Myanmar
- Vaksinnya Ditangguhkan Banyak Negara, AstraZeneca Sebut Tidak Ada Bukti Risiko Pembekuan Darah
Tsang Yih merupakan perusahaan milik asing yang dimiliki oleh dua investor Taiwan. Perusahaan terdaftar pada 2014 dan mempekerjakan lebih dari 9.000 pekerja tahun lalu, menurut laporan perusahaan.
Sentimen anti-china meningkat, sebab Negeri Tirai Bambu merupakan sekutu dekat Myanmar, tidak mengutuk secara tegas peristiwa di Myanmar sebagai kudeta. Pekan lalu, China meminta rezim militer Myanmar untuk melindungi proyek pipa Migas miliknya, dalam pertemuan rahasia yang bocor ke publik.
Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.