Pebulutangkis Jonatan Christie Dapat Satyalencana di Usia Belia

JAKARTA - Leonardus Jonatan Christie adalah salah satu atlet bulu tangkis kebanggaan Indonesia. Kiprahnya di dunia bulu tangkis gemilang. Namun, semua itu tak didapatkan dengan mudah. Latihan keras ala atlet dilakoninya sejak belia.

Semua itu dijalani dengan kesungguhan, sekalipun ia tak pernah memimpikan jadi pebulutangkis andal. Hasilnya menganggumkan. Ia mampu keluar sebagai jawara dalam olimpiade pelajar SD Seluruh Asia Tenggara pada 2008. Pemerintah pun memberikannya penghargaan Satyalencana Dharma Olahraga.

Atlet bulu tangkis profesional sering kali punya mimpi kuat untuk jadi jawara. Mereka dengan sadar melakukan latihan keras. Orang tuanya pun mengarahkan ke pintu kesuksesan. Rudi Hartono dan Liem Swie King pernah merasakannya.

Namun, beda hal dengan Jonatan Christie. Orang tuanya tak terlalu ngotot Jonatan menjadi atlet. Padahal, Ayahnya, Andreas Adi Siswa adalah seorang atlet sepak bola dan basket. Alih-alih bulu tangkis, ayah Jonatan justru membawa anaknya untuk latihan renang.

Pilihan itu diambil karena tubuh Jonatan yang tambun. Supaya kurus, pikirnya. Momentum paling menentukan dalam hidup Jonatan terjadi kala ia masuk SD. Masa-masa SD itu --usia enam tahun-- membuat Jonatan memilih ekstrakulikuler bulu tangkis. Sebab, itu satu-satunya olahraga dalam ruangan.

Atlet bulu tangkis nasional, Jonatan Christie. (Antara/PBSI)

Orang tua lagi-lagi berpikir lain. Kali ini supaya kulit anaknya tak gosong. Dewi Fortuna hadir dalam hidup Jonatan. Sekolahnya ternyata memiliki kerja sama dengan suatu klub bulu tangkis kecil. Pelatih klub bulu tangkis itu melihat Jonatan memiliki potensi besar jadi atlet bulu tangkis profesional.

Narasi itu diungkap kepada ayahnya. Momentum itu membuat ayah Jonatan percaya diri anaknya dapat melanjutkan tren olahragawan di keluarga. Semenjak itu segala macam aktivitas Jonatan berlatih memperoleh dukungan penuh.

Ayahnya sampai mengantar Jonatan dari rumah ke tempat latihan jam empat pagi. Semua dilakukan dengan suatu keyakinan Jonatan dapat berhasil. Jonatan pun melakukannya dengan suka cita. Ia sendiri tak terlalu memusingkan siapa atlet bulu tangkis idolanya. Satu-satunya yang ia pahami adalah berlatih dan menang.

“Biasanya anak-anak punya sosok idolanya dulu kan. Ada yang ngeidolain Mbappe segala macam. Kalau gue waktu itu ngak ada dan gue ngak tahu atlet Indonesia siapa aja. Benar-benar ngak tahu. Bahkan, mereka yang jadi legend (di bulu tangkis) seperti Susi Susanti gak tahu. Ngak ada pengetahuan tentang bulu tangkis. Jalani aja. Usia enam tahun itu baru benar-benar pertama kali pegang raket, belajar mukul, yang masih ngak kena segala macam itu sampai enam bulan sampai satu tahun.”

“Atur waktu yang berat. Sekolah SD itu sekolahnya ngak bisa ditinggal sama sekali. Start sekolah jam 7 atau 8, jadi latihan itu harus dua kali sehari, pagi-sore. Dari kelas dua sampai kelas lima. Itu latihan pagi saja jam empat, Si Mama bangunin jam tiga pagi. Jam setengah empat. Kelas dua SD. Akhirnya naik motor di antar Papa masih dalam keadaan tidur. Sampai nyampe yaudah latihan. Di suruh lari, disuruh skipping,” terang Jonatan sebagaimana diwawancara Daniel Mananta dalam acara bertajuk Daniel Tetangga Kamu, 29 Januari 2022.

Dapat Satyalencana

Eksistensinya berlatih bulu tangkis kemudian memancing perhatian keluarga besar. Jonatan pun didukung penuh. Mulai urusan gizi hingga nutrisi. Bekal itu membuat Jonantan kian serius menekuni bulu tangkis.

Langkah Jonatan pun tak mulus-mulus saja. Ia sempat menelan kekalahan. Ia juga merasa sedihnya tak juara-juara. Namun, keseriusan berlatih mengubah segalanya. Perlahan-lahan seiring bertambahnya usia Jonatan mulai menjadi jawara dalam banyak perlombaan bulu tangkis.

Siswa SD itu dipercaya untuk melakoni perlombaan demi perlombaan. Hasilnya gemilang. Jonatan mampu mengalahkan lawan-lawannya. Ia pernah meraih Juara I Kejurda DKI Jakarta 2008, juara 1 Kejuaraan Astec 2008, dan juara dua Djarum Sirkuit Nasional Bali Open.

Puncaknya, Jonatan yang masih berusia 11 tahun mampu mempersembahkan dua emas dan satu perak untuk Indonesia. Prestasi itu didapatnya dari Olimpiade Pelajar sekolah dasar se-Asia Tenggara di Jakarta pada 2008.

Prestasi itu membuat bangga Indonesia. Presiden Indonesia kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sampai kepincut. Sebagai apresiasi atas jejak Jonatan di dunia bulu tangkis junior, ia dianugerahi Satyalencana Dharma Olahraga oleh Presiden SBY pada 2009.

Pemberian prestasi itu dilakukan kala usia Jonatan masih 12 tahun. Prestasi itu lalu jadi bukti bahwa anugerah Satyalencana Dharma Olahraga tak melulu monopoli atlet yang sudah tua. Anak-anak muda yang telah mengharumkan nama bangsa pun bisa mendapatkannya.

"Di sekolah ada ekskul bulutangkis lalu saya ikutan. Saya percaya kalau saya bisa bermain lebih bagus dan saya tertarik menekuninya. Saya selalu berusaha tepat waktu untuk berlatih karena saya ingin serius di bidang ini. Orang tua saya selalu berpesan untuk tidak sombong kalau sudah di atas," terang Jonatan mengungkap perasaannya atas prestasi yang didapat sebagaimana kutip laman Djarumbadminton.com, 26 November 2012.