Polemik Penyataan Iran Ingin Hapus Israel dari Peta Dunia

JAKARTA - Dukungan Iran ke Palestina tak pernah surut. Empunya kuasa rela pasang badan jadi musuh bebuyutan Israel. Iran bahkan menjuluki Israel dengan nama little satan (setan kecil). Sikap menentang Israel kian kuat kala Mahmoud Ahmadinejad naik ke pucuk pemerintahan.

Presiden Iran era 2005-2013 ingin menghapuskan Israel dari peta dunia. Penyataan itu sebagaimana yang pernah terucap dari Ayatollah Ruhollah Khomeini. Kecaman pun muncul dari mana-mana. Namun, ada indikasi Ahmadinejad salah kutip. Apa itu?

Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Itulah narasi yang kerap didengungkan kala Revolusi Iran bergaung pada 1979. Pemimpin besar Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini mencoba membawa Iran mendukung penuh perjuangan Palestina mempertahankan tanah airnya.

Pekik suara anti-Israel muncul di mana-mana. Pun Khomeini sampai menjuluki Israel sebagai little satan dan ‘pengasuhnya’ Amerika Serikat (AS) bak the great satan (Setan Besar). Sikap anti-Israel pun nyatanya tak pernah padam, sekalipun Khomeini tak lagi di pucuk pemerintahan.

Mahmoud Ahmadinejad yang pernah menjabat sebagai Presiden Iran era 2005-2013. (Wikimedia Commons)

Penerusnya, Ahmadinejad jadi tokoh yang membawa tongkat estafet perlawanan terhadap Israel. Ia mengecam keras perlakuan Israel terhadap Palestina. Ia mengungkap ingin menghapus Israel dari peta dunia mengikuti keinginan Khomeini pada Oktober 2005.

Narasi itu ditambah Ahmadinejad dengan memberikan pandangan bahwa masalah Palestina akan selesai dengan suatu syarat. Rakyat Palestina harus mengambil alih seluruh tanah mereka. Media barat pun ramai-ramain mengutip keinginan Ahmadinejad.

Kecaman muncul dari mana-mana. Banyak di antara pemimpin dunia ikut mengecam keinginan Ahmadinejad menghapus Israel dari peta dunia. Penyataan Iran justru seperti orang kehilangan akal sehat. Iran menentang penjajahan, tapi ingin memusnahkan suatu negara.

Serangan bom yang menghancurkan sebuah gedung milik Kedutaan Besar Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024. (The Times of Israel/AFP/Louai Beshara)

Pemerintah Israel pun memberikan respons. Mereka melihat penyataan ekstrem seperti itu bukan pertama kali. Pemimpin sebelum Ahmadinejad banyak yang anti-Israel. Sikap itu dikemas dengan sederet bantuan persenjataan dan lainnya kepada kelompok Hamas hingga Hizbullah sejak lama.   

"Sayangnya, ini bukan pertama kalinya kita melihat pernyataan ekstrem seperti itu dari para pemimpin senior Iran. Kami melihat saat ini bahwa ada pemahaman yang berkembang di komunitas internasional bahwa rezim ekstremis di Teheran bukan hanya masalah Israel. Namun, merupakan masalah yang harus dihadapi oleh seluruh komunitas internasional,” terang juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Mark Regev sebagaimana dikutip Nazila Fathi dalam tulisannya di laman The New York Times berjudul Wipe Israel 'off the map' Iranian says (2005).

Salah Kutip

Boleh jadi penyataan Ahmadinejad yang ingin menghapus Israel dari peta dunia membuat heboh. Namun, ada anggapan bahwa pernyataan Ahmadinejad justru berasal dari salah kutip. Anggapan itu muncul karena tiada bukti penyataan Khomeini terdahulu ingin mengapus Israel dari peta dunia.

Narasi itu diungkap oleh sederet analis macam Juan Cole dari Universitas Michigan dan Arash Norouzi dari Proyek Mossadegh. Keduanya mengungkap Ahmadinejad yang mengutip keinginan Khomeini era 1980-an terkait menghapus Israel dari peta dunia keliru.

Pernyataan Khomeini dalam bahasa Persia itu merujuk kepada arti lain. Khomeini menginginkan rezim zionis lenyap, bukan menghapus Israel dari peta dunia. Rezim pendudukan atas Yerusalem harus lenyap dari arena waktu. Begitu kata Khomeini.

Vokalnya Ahmadinejad mengecam hagemoni barat terhadap Palestina membuatnya banyak dikecam di Amerika Serikat. (Wikimedia Commons)

Pernyataan Khomeini salah diterjemahkan ulang oleh penerjemah anonim dari suatu media barat. Penyataan itu lalu berubah jadi rezim pendudukan atas Yerusalem harus dihapus dari peta dunia. Analis dari Carnegie Endowment for International Peace, Karim Sadjadpour membenarkan hal itu.

Ia menyebut dampak dari salah artikan pidato Khomeini berimbas besar. Gelora perlawanan terhadap Israel kian kuat. Di era Ahmadinejad, apalagi. Penyataan salah kutip itu terus digelorakan Ahmadinejad sambil terus berisik terkait sikap anti-Israel.

Ahmadinejad menyebut siapapun yang mengakui Israel akan terbakar dalam api kemarahan negara Islam. Nyatanya, ulah penerjemah anonim mampu membuat beberapa pemimpin dunia ikut saling kecam. Sekalipun pihak Israel tetap menilai apa saja yang keluar dari mulut pemerintah Iran adalah bualan belaka.

“Sadjadpour, yang telah mempelajari dengan cermat pernyataan-pernyataan Khomeini, mengatakan bahwa pemimpin tertinggi tersebut telah berbicara lebih banyak mengenai masalah Israel dibandingkan isu-isu lainnya. Hal ini merupakan suatu yang luar biasa mengingat Iran tidak berbatasan dengan Israel dan bahwa negara Yahudi hampir tidak mempunyai dampak apa-apa terhadap negara tersebut.”

“Utamanya, kehidupan sehari-hari masyarakat Iran. Sadjadpour mengatakan Khomenei telah konsisten. Ia berulang kali menyatakan bahwa tujuannya bukanlah penghancuran militer terhadap negara Yahudi. Namun, ia menginginkan kekalahan ideologi Zionis dan pembubaran Israel melalui referendum rakyat,” ujar Glenn Kessler dalam tulisannya di laman The Washington Post berjudul Did Ahmadinejad Really say Israel Should be ‘Wiped off the Map? (2011).