Bagikan:

JAKARTA - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji memastikan pemerintah akan tetap menahan harga BBM hingga Juni 2024 meski konflik Israel dan Iran memanas.

“Ya, harga BBM masih seperti itu (tidak berubah sampai Juni),” ujar Tutuka dalam webinar bertajuk "Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI", Senin, 15 April.

Meski demikian Tutuka juga menyebut pemerintah masih menunggu respon Saudi Arabia atas serangan yang dilancarkan Iran terhadap Israel. Pasalnya impor minyak mentah RI mayoritas berasal dari Saudi Arabia, Nigeria, Angola dan Gabon. Nantinya, respon Saudi Arabia akan mempengaruhi ketahanan energi RI di masa mendatang.

"Saudi tentu berpengaruh, hal itu yang sedang disimulasikan oleh Pertamina, berbagai cara antisipasi kondisi kalau terjadi eskalasi yang berlanjut. Tidak ada impor dari Iran, walau kita jalin kerja sama tapi tidak mudah implementasinya (impor), jadi sampai saat ini tidak ada," sambung Tutuka.

Tutuka juga memaparkan, saat ini produksi minyak mentah Iran sebesar 3,4 juta barel per hari (BOPD) dengan ekspor sebesar 1,2 juta BOPD. Sementara Tiongkok memproduksi minyak 4hingga 4,2 juta BOPD dan mengimpor 11-12 juta BOPD.

"Ini pengaruhi peta supply dan demand minyak dunia dengan eskalasi ini. Sedangkan Indonesia yang terjadi itu tidak dimasukkan dalam satu keranjang. Kita impor crude sebagian dari Saudi Arabia dan Nigeria," sambung Tutuka.

Tutuka mengungkapkan pihaknya bersama Pertamina tengah melakukan berbagai simulasi untuk mengantisipasi eskalasi konflik antara Iran dan Israel.

"Kalau terjadi eskalasi, kita antisipasinya kurang lebih kita mengidentifikasi sumber-sumber impor kita dibelokkan ke mana begitu. DIcarikan tempat lain. Itu yang penting," pungkas Tutuka.