Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, dua tahun yang lalu, 3 April 2022, kelompok Taliban melarang seluruh budidaya opium di seantero Afghanistan. Pelarangan itu dilakukan karena Taliban merasa budidaya opium banyak mudaratnya, ketimbang manfaat.

Sebelumnya, keberhasilan Taliban mengambil alih Afghanistan dari Amerika Serikat (AS)membuat kaget banyak pihak. Afghanistan pun kembali menegakkan syariat Islam. Nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam segera diberantas. Utamanya, budidaya opium.

Kelompok fundamentalis Islam Taliban bukan orang baru dalam sejarah perjalanan bangsa Afghanistan. Taliban pernah dianggap sebagai harapan. Mereka dianggap juru selamat Afghanistan menuju pembaruan, dibanding kelompok Mujahidin.

Keinginan Taliban untuk memulihkan keamanan dan perdamaian ada di baliknya. Perang saudara pun berlangsung. Taliban baru paripurna menguasai pemerintahan Afghanistan pada 1996. Masalah muncul. Taliban bak tak jauh beda dari kepemimpinan kelompok Mujahidin.

Tanaman opium yang sedang dipanen. (Antara)

Hukum Islam diterapkan secara penuh. Barang  siapa yang bertentangan dengan agama akan dibasmi. Mereka melarang alkohol, musik, internet, televisi hingga fotografi. Kaum wanita pun jadi paling tersiksa. Mereka dibedakan haknya.

Kondisi itu diperparah dengan keengganan Taliban mengekstradisi pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden. Amerika Serikat (AS) yang berang mulai menginvasi dan berhasil mengambil alih kekuasaan dari Taliban pada 2001. Pemerintahan di bawah bayang-bayang AS dibentuk. Ajian itu bertahan lama. Namun, AS perlahan-lahan mulai tak kuasa lagi menduduki Afghanistan.

AS banyak mengalami kerugian termasuk urusan dana. Kekosongan itu membuat Taliban kembali menguasai Afghanistan pada 2021. Segala macam sisa-sisa pemerintah Afghanistan diperangi oleh Taliban.

Kabinet baru dibentuk. Taliban mulai menerapkan aturan sebagaimana pemerintahan sebelumnya. Deru protes pun mengiringi kepemimpinan Taliban. Berisiknya protes dianggap angin saja oleh Taliban. Agenda menegakkan nilai-nilai Islam tradisional jadi yang utama.

Jajaran petinggi Taliban dalam acara peringatan 10 tahun wafat pendiri Taliban, Mullah Mohammad Omar, di Kabul, Afghanistan pada 11 Mei 2023. (AP/Ebrahim Noroozi)

"Emirat Islam telah menunjuk kabinet sementara dan berkomitmen untuk mengendalikan dan memajukan urusan pemerintahan yang baik dan akan mulai bekerja dengan segera. Mereka akan bekerja untuk menerapkan hukum Islam dan syariat di negara ini, mengamankan kepentingan tertinggi negara, mengamankan perbatasan Afghanistan, serta memastikan keamanan, kemakmuran, dan kemajuan yang langgeng,"

"Pesan kami kepada negara tetangga dan dunia, adalah bahwa tanah Afghanistan tidak akan digunakan untuk melawan keamanan negara mana pun. Kami menjamin semua bahwa tidak ada kekhawatiran akan Afghanistan,” tuturnya Amir al-Mukminin Emirat Islam Afghanistan, Mullah Hibatullah Akhundzada sebagaimana dikutip Iwan Kurniawan dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Kembalinya Wajah Lama Taliban (2021).

Kembalinya Taliban ke pucuk pemerintahan Afghanistan menggemparkan dunia. Mereka tak ingin dunia mengkhawatirkan politik Taliban. Sebagai bentuk keseriusan membangun politik luar negeri, Taliban mulai membuka komunikasi dengan negara Islam dan tetangga.

Keseriusan itu terlihat dari komitmen Taliban menghilangkan budidaya narkotika berjenis opium dari negeri mereka. Taliban pun secara resmi melarang budidaya opium di Afghanistan pada 3 April 2022.Taliban ingin memastikan kepada siapa saja yang melanggar akan dikenai hukuman. Taliban tak ingin mudarat dari tanaman opium yang jadi bahan baku heroin merusak dunia.

“Seluruh rekan senegaranya diberitahu sejak tanggal dikeluarkannya keputusan ini, budidaya opium dilarang keras di seluruh negeri dan tidak ada seorang pun yang boleh mencoba membudidayakan tanaman tersebut. Jika ada yang melanggar, maka budidayanya akan dimusnahkan dan pelanggarnya akan ditindak sesuai hukum Islam,” kata pemimpin Taliban, Haibatullah Akhundzada sebagaimana dikutip Safiullah Padshah dan Thomas Gibbons-Neff dalam tulisannya di laman The New York Times berjudul Taliban Outlaw Opium Poppy Cultivation in Afghanistan (2022).