Hamas dan Mesir Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata Konflik Gaza Tanpa Kehadiran Israel
JAKARTA - Kelompok militan Hamas dan mediator Mesir mengatakan pada Hari Senin, mereka terus melanjutkan perundingan di Kairo untuk mencapai gencatan senjata konflik di Jalur Gaza, Palestina, meskipun tidak ada wakil Israel, dengan Amerika Serikat kembali mendesak gencatan senjata, pembebasan sandera dan akses bantuan kemanusiaan.
Perundingan gencatan senjata, yang dimulai pada Hari Minggu, dianggap sebagai rintangan terakhir dalam upaya mencapai perpanjangan gencatan senjata pertama dari perang yang telah berlangsung selama lima bulan, menjelang Bulan Suci Ramadan yang diprediksi dimulai pada Hari Minggu.
"Pembicaraan di Kairo berlanjut untuk hari kedua, terlepas dari apakah delegasi pendudukan hadir di Mesir," kata seorang pejabat Hamas kepada Reuters, seperti dikutip 5 Maret.
Israel menolak berkomentar secara terbuka mengenai perundingan di Kairo. Sebuah sumber mengatakan kepada Reuters, mereka tidak akan memberikan izin karena Hamas menolak memberikan daftar sandera yang diambil pada 7 Oktober dan masih hidup. Informasi tersebut menurut militan Palestina yang menguasai Gaza hanya akan mereka berikan setelah mereka menyetujui persyaratannya.
Sementara itu, dua sumber keamanan Mesir mengatakan para mediator berhubungan dengan Israel, sehingga negosiasi dapat dilanjutkan meskipun mereka tidak hadir.
Sebuah sumber Palestina yang dekat dengan perundingan itu mengatakan, diskusi tersebut masih "tidak nyaman", karena Israel tetap berpegang pada permintaannya untuk melakukan gencatan senjata sementara untuk membebaskan sandera, sedangkan Hamas mencari jaminan perang tidak akan terulang kembali.
Para pejabat dari Hamas, Mesir dan Qatar memulai perundingan putaran kedua pada hari Senin malam, kata sumber Hamas.
Di Washington, Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan gencatan senjata sementara sangat penting untuk kesepakatan penyanderaan dan mendesak Hamas untuk menerima persyaratan yang saat ini ditawarkan.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan kepada wartawan, Amerika Serikat masih berharap untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata bagi sandera pada awal Ramadhan, namun Hamas belum menyetujuinya.
"Israel memikul tanggung jawab di sini untuk berbuat lebih banyak," kata Kirby, mengulangi bahasa keras yang tidak biasa yang digunakan Wakil Presiden Kamala Harris pada hari Minggu.
Proposal yang dibahas tersebut membayangkan gencatan senjata sekitar 40 hari, di mana para militan akan membebaskan sekitar 40 dari lebih dari 100 sandera yang masih mereka sandera dengan imbalan sekitar 400 tahanan dari penjara-penjara Israel.
Israel akan menarik diri dari beberapa daerah, lebih banyak bantuan kemanusiaan akan diizinkan masuk ke Gaza, dan penduduk akan diizinkan kembali ke rumah mereka.
Baca juga:
- Pemerintah Haiti Umumkan Keadaan Darurat, Jam Malam Diberlakukan hingga Rabu
- Iran Eksekusi Teroris yang Dituduh Bekerja untuk Mossad dan Terkait Serangan Drone
- Geng Bersenjata Serbu Penjara Utama dan Bebaskan Ribuan Tahanan di Haiti
- Turki Berharap Perundingan Gencatan Senjata Rusia-Ukraina dapat Segera Dimulai
Namun, kesepakatan tersebut tampaknya tidak menjawab secara langsung permintaan Hamas untuk mengakhiri perang secara permanen. Hal ini juga tidak menyelesaikan nasib lebih dari separuh sandera yang tersisa, laki-laki Israel dikecualikan dari perjanjian ini dan perjanjian sebelumnya yang mencakup perempuan, anak-anak, orang tua dan orang yang terluka.
Israel mengatakan mereka tidak akan mengakhiri perang sampai Hamas dibasmi. Sedangkan Hamas mengatakan pihaknya tidak akan membebaskan semua sanderanya tanpa kesepakatan yang mengakhiri perang.
Sumber-sumber keamanan Mesir mengatakan para mediator berusaha menjembatani kesenjangan tersebut dengan memberikan jaminan, kepada Hamas mengenai perundingan damai di masa depan dan kepada Israel mengenai keselamatan para sandera.