Saham MicroStrategy Naik Tajam, Disebabkan Kenaikan Bitcoin?

JAKARTA - Saham MicroStrategy, perusahaan perangkat lunak kecerdasan bisnis yang terkenal sebagai pemegang Bitcoin terbesar di dunia, mengalami kenaikan yang signifikan minggu ini. Saham perusahaan yang terdaftar di NASDAQ tersebut sempat menyentuh level tertinggi dalam dua tahun terakhir, yaitu 800 dolar AS (Rp 12,5 juta), sebelum akhirnya ditutup di 700 dolar AS (Rp 10,9 juta) pada Jumat, 16 Februari.

Kenaikan saham MicroStrategy ini menimbulkan pertanyaan apakah perusahaan ini berpeluang untuk masuk ke dalam indeks saham AS yang paling prestisius, yaitu S&P 500. Jika hal ini terjadi, maka MicroStrategy akan menjadi perusahaan pertama yang memiliki eksposur besar terhadap Bitcoin yang tergabung dalam indeks tersebut.

MSTR dan BTC Berjalan Seirama

MicroStrategy, yang didirikan oleh Michael Saylor, seorang pendukung Bitcoin, telah menginvestasikan sebagian besar kasnya ke dalam aset kripto utama tersebut. Hingga saat ini, perusahaan ini memiliki sekitar 190.000 BTC, senilai 10 miliar dolar AS (Rp 140 triliun), yang merupakan lebih dari 80% dari total asetnya.

Harga saham MicroStrategy sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga Bitcoin. Hal ini terlihat jelas dalam sebulan terakhir, ketika Bitcoin mengalami fluktuasi yang cukup besar. Pada tanggal 2 Februari, ketika Bitcoin turun ke level 43.000 dolar AS (Rp 602 juta), saham MicroStrategy juga ikut anjlok ke level 500 dolar AS (Rp 7 juta).

Namun, ketika Bitcoin mulai rebound dan mencapai level 53.000 dolar AS (Rp 742 juta) pada tanggal 10 Februari, saham MicroStrategy juga mengikuti tren positif tersebut dan naik ke level 800 dolar AS (Rp 11,2 juta) pada tanggal 11 Februari. Ini merupakan level tertinggi sejak November 2021, ketika Bitcoin mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di 69.000 dolar AS (Rp 966 juta).

Sayangnya, kenaikan ini tidak bertahan lama, karena Bitcoin mengalami koreksi dan turun ke level 48.000 dolar AS (Rp 672 juta) pada tanggal 12 Februari. Saham MicroStrategy juga mengalami penurunan yang lebih tajam, yaitu sebesar 13%, dan ditutup di level 700 dolar AS (Rp 9,8 juta) pada hari Jumat.