Tamara Tyasmara Dihujat Warganet, Padahal Perasaan Seseorang Tak Bisa Diasumsikan dari Ekspresi Wajah

JAKARTA – Tamara Tyasmara, ibu Dante yang meninggal karena ditenggelamkan kekasihnya mendapat hujatan dari warganet. Ia dianggap tidak menunjukkan raut wajah yang cukup menyedihkan setelah kehilangan putranya. Bahkan sebagian warganet juga menuding Tamara ikut terlibat dalam aksi pembunuhan tersebut.

Raden Andante Khalif Pramudityo atau Dante (6) meninggal dunia saat berenang di kolam renang Taman Tirta Mas (Palem Indah), Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur, Sabtu (27/1/2024). Setelah melakukan otopsi, Polda Metro Jaya menetapkan kekasih Tamara, Yudha Arfandi menjadi tersangka. Hasil rekaman CCTV memperlihatkan YA menenggelamkan Dante hingga 12 kali di kolam dewasa.

Nama Tamara Tyasmara langsung menjadi sorotan warganet begitu kabar meninggalnya Dante tersebar di khalayak. Di tengah duka kehilangan putra semata wayang, wanita kelahiran 23 Januari 1995 itu justru banjir hujatan dari warganet. Banyak komentar di X yang cenderung menyalahkan ibu korban.

“Tamara Tyasmara juga terlibat sepertinya. Dari awal dia nutup-nutupin kasusnya,” ungkap akun @DeilyUpdate.

Komentar lainnya menyoroti ekspresi Tamara di acara pengajian kematian sang anak. Tamar disebut kurang menunjukkan kesedihan, sebagaimana seharusnya ditunjukkan seseorang ketika kehilangan orang terkasih.

Ekspresi Tamara kemudian dibandingkan dengan aktris sekaligus penyanyi Bunga Citra Lestari yang terlihat kusut sewaktu ditinggal suaminya, Aschraf Sinclair pada Februari 2020.

Kaitan Ekspresi Wajah dan Suasana Hati

Ekspresi wajah umumnya digunakan manusia untuk menyampaikan berbagai jenis makna. Ekspresi wajah juga dianggap sebagai bahasa tubuh yang paling universal dan sering digunakan untuk menyampaikan perasaan.

Namun, meski dianggap bisa menunjukkan perasaan, ternyata ekspresi wajah tidak selalu dapat mencerminkan isi hati seseorang. Sebuah studi yang dilakukan Aleix Martinez, seorang profesor dari The Ohio State University, gerakan otot di wajah tidak selalu menggambarkan emosi atau perasaan.

Artinya, seseorang yang tersenyum tidak selalu sedang merasa bahagia dan sebaliknya, tidak semua orang bahagia akan tersenyum. Senyum menurut Martinez memiliki banyak makna, di antaranya untuk menenangkan situasi, gugup, atau untuk menutupi fakta. Senyum juga bisa dianggap bahwa orang itu bersikap ramah dan sopan.

Tersangka YA tertunduk saat digiring polisi ke konferensi pers di Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Senin (12/2/2024). (Antara/Lifia Mawaddah Putri/aa)

Martinez menjelaskan, hal ini terjadi karena setiap orang memiliki sifat berbeda dan memengaruhi ekspresi yang ditunjukkannya.

Ada yang memang ekspresif dan ada pula orang yang kurang ekspresif. Selain itu, ada juga orang yang ekstrover dan introver, yang menanggapi suatu kondiisi dengan ekspresi wajah berbeda.

Oleh karena itu, Martinez menyebut jangan langsung mengasumsikan perasaan seseorang hanya dari ekspresi wajah karena ekspresi wajah tidak selalu mencerminkan isi hati sesungguhnya.

Stigma Negatif Janda

Di sisi lain, aktivis perempuan yang juga aktif di Lembaga Partisipasi Perempuan, Adriana Venny, mengatakan dalam masyarakat yang masih berpandangan stereotip gender, perempuan menjadi pihak yang dirugikan.

Contohnya adalah ketika terjadi perceraian, maka perempuan cenderung lebih sering disalahkan. Selain itu ketika ada anak bermasalah, juga perempuan yang disalahkan.

"Demikian juga dengan status janda, perempuan lebih rentan dipojokkan. Padahal faktanya bisa jadi berbeda. Logika saja, mana ada ibu yang tidak sedih ditinggal mati anaknya?" tutur Adriana.

"Jadi penilaian seperti itu sangat kejam. Warganet Indonesia diharapkan mendukung perempuan korban, bukan justru membuat masalah semakin blunder,” imbuhnya.

Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel. (Antara/Dewanto Samodro/aa)

Untuk itu, Adriana mendesak agar cara pandang yang selalu negatif terhadap perempuan harus diubah, karena ini bisa memengaruhi kesehatan mental.

Sementara itu, psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menduga secara umum ada dua kemungkinan motif pembunuhan, yaitu emosional dan instrumental. Ia pun mengatakan, perasaan tersangka terhadap terhadap korban bisa membantu motif tersangka. Jika perasaan tersangka positif, maka diduga perbuatannya tidak dilatari motif emosional.

“Kalau bukan emosional, maka kemungkinan motif instrumental,” kata Reza kepada VOI.

“Kalau kita bicara tentang motif emosional, berarti berkaitan dengan amarah, sakit hati, dendam, cemburu, atau perasaan negatif,” Reza menambahkan.

Reza melanjutkan, jika dilatari motif instrumental, maka tidak berkaitan dengan suasana hati. Sehingga ada kemungkinan pelaku ingin mendapatkan insentif tertentu dari aksi kejahatan tersebut, entah popularitas atau harta.

“Penalaran ini dapat diperkuat dengan mendalami penghasilan, pekerjaan, gaya hidup, dan kebutuhan tersangka,” tandasnya.