JAKARTA – “Mari dengan tenang, kita tunggu suara resmi dari KPU, kita jaga ketenangan, kita waspada negara seperti kita, negara sebesar kita, negara sekaya kita selalu diiri kekuatan negara lain,” kata Prabowo Subianto dalam pidato di Istora Senayan, Rabu (14/2/2024).
Pidato tersebut disampaikan Prabowo setelah hasil quick count atau hitung cepat berbagai lembaga survei menunjukkan Capres nomor urut dua ini unggul. Prabowo dan Capresnya, Gibran Rakabuming Raka, langsung meninggalkan Kertanegara dan menuju Istora Senayan setelah hasil quick count masuk 90 persen dan menyatakan keunggulan pasangan dari Koalisi Indonesia Maju ini.
Meski demikian, Prabowo Subianto menegaskan kemenangan versi quick count adalah kemenangan seluruh rakyat Indonesia. Ia meminta pendukungnya tidak euforia apalagi sombong.
“Saya bersama mas Gibran berpesan menyampaikan walaupun kita bersyukur, kita tidak boleh sombong, kita tidak boleh jemawa, kita tidak boleh euforia, kita tetap harus rendah hati,” kata Prabowo.
“Kemenangan Ini harus jadi kemenangan seluruh rakyat Indonesia,” tegas Prabowo.
Sesuai Prediksi
Hingga Kamis (15/2/2024) berbagai lembaga survei mengumumkan hasil hitung cepat dengan rata-rata 90 persen suara yang masuk. Lembaga survei Charta Politika misalnya, menunjukkan pasangan Prabowo-Gibran mendapatkan 57,81 persen suara, unggul jauh dari pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD yang masing-masing mendapatkan 25,66 persen dan 16,51 persen suara.
Namun perlu diketahui, hasil hitung cepat bukanlah hasil resmi Pemilu. Setiap lembaga memiliki margin of error yang berbeda. Hasil resmi Pemilu tetap menunggu perhitungan suara secara manual oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Menurut Eksekutif NUSANTRA INSTITUTE PolComm SRC Andriadi Achmad, meski bukan hasil resmi Pemilu, “kemenangan” Prabowo-Gibran sebenarnya bukan sesuatu yang mengejutkan. Karena sebelum hari pencoblosan, elektabilitas pasangan tersebut secara konsisten berada di posisi teratas.
“Hasil quick count sebenarnya tidak terlalu mengejutkan, karena dalam beberapa bulan terakhir beberapa lembaga survei dengan kredibilitas tinggi menunjukkan tren Prabowo-Gibran meningkat. Bahkan di beberapa lembaga survei menunjukkan angka lebih dari 50 persen,” kata Andriadi kepada VOI.
“Jadi kemenangan ini sebenarnya bukan sesuatu yang mengejutkan, yang mengejutkan justru potensi Pilpres satu putaran,” imbuhnya.
Peluang Rekonsiliasi
Sebelumnya, tidak menutup kemungkinan Pilpres 2024 dilakukan dua putaran. Syarat terjadinya Pemilu dua putaran di Indonesia diatur dalam Pasal 416 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
Pemilu dua putaran akan dilaksanakan apabila tidak ada pasangan Capres dan Cawapres yang berhasil meraih suara lebih dari 50 persen dari jumlah suara yang sah dengan sedikitnya 20 persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia.
Lembaga survei Voxpol Center Research and Consulting menyebut pasangan Prabowo-Gibran menang telak di Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Maluku-Papua, Sulawesi, dan Sumatera.
“Yang mengejutkan ini justru kemungkinan Pilpres satu putaran, karena prediksi sebelumnya akan dua putaran. Menurut quick count, kemenangan Prabowo-Gibran mencapai 58 persen,” kata Andriadi.
Ia menambahkan, kemungkinan Pilpres satu putaran terjadi tidak lepas dari kubu 02 yang selalu meyakini bahwa Pemilu akan berlangsung satu putaran. Menurut Andriadi, wacana yang kerap digaungkan sebelum pencoblosan bisa jadi merupakan strategi Tim Kemenangan Nasonal (TKN) melakukan brainwash terhadap masyarakat.
Meski demikian, Andriadi mengingatkan bahwa kemenangan Prabowo-Gibran tak perlu ditanggapi sinis. Karena pada dasarnya dalam politik yang bersifat dinamis, bukan tidak mungkin rekonsiliasi kembali terjadi.
BACA JUGA:
“Kemenangan Prabowo jangan ditanggapi dengan terlalu euforia, kekalahan Anies dan Ganjar jangan ditanggapi dengan kesedihan. Bukan tidak mungkin kan mereka bersatu lagi,” kata Andriadi.
“Rekonsiliasi Jokowi seharusnya bisa menjadi contoh bahwa ada kemungkinan mereka bersatu (yang menang dan kalah). Politik ini dinamis, bangsa Indonesia bukan bangsa yang suka memecah belah, jadi perbedaan itu hal biasa,” tandasnya.