Orang-orang Pribumi yang Jadi Petinggi Tentara Belanda (KNIL)

JAKARTA - Tentara Kerajaan Hindia Belanda atau Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL) merupakan salah satu kesatuan militer modern yang paling tua usianya. Mengutip tulisan Randy Wirayudha di Historia, KNIL didirikan pada 10 Maret 1830. 

Menurut Petrik Matanasi dalam Pribumi Jadi Letnan KNIL, kekuatan pasukan ini sekitar 5.000-6.000 orang. Satuan ini terdiri atas Korporaalschappen dengan 12 orang prajurit dipimpin oleh seorang kopral. Kemudian Sergeantschappen terdiri dari 2 Korporaalschappen. Dua sampai lima Sergeantschappen bisa menjadi sebuah barisan sendiri dengan pimpinan seorang letnan dua. 

Pasukan KNIL dibentuk oleh pemerintah kolonial untuk menghadapi perlawanan lokal. Menurut sejarawan Belanda G.G de Jong yang ditulis Ong Hok Ham dalam Wahyu yang Hilang Negeri yang Guncang (2018), KNIL hanya merupakan suatu kekuatan kepolisian yang agak ditingkatkan. Bukan kekuatan militer untuk menghadapi suatu perang internasional dan modern. 

"KNIL hanya berfungsi untuk menghadapi kerusuhan dalam negeri."

Ong Hok Ham

Menurut Sejarawan Petrik, prajurit KNIL sebagian besar adalah orang-orang pribumi Indonesia sebagai prajurit rendahan. Meskipun ada yang menjadi perwira, jumlahnya tidak seberapa dibandingkan dengan tentara Belanda. 

Umumnya Pemuda Indonesia yang menjadi perwira KNIL berasal dari keluarga terpandang. Mereka punya pendidikan yang cukup baik pada zaman kolonial. Meskipun gaji perwira KNIL dari pribumi dan Belanda sama, tapi jenjang karier untuk pribumi terbatas. Pangkat tertinggi perwira KNIL dari golongan pribumi hanya sampai pangkat letnan kolonel. 

Selain orang-orang Belanda dan pribumi, Pemerintah Belanda juga merekrut serdadu bayaran dari Eropa misalnya dari Prancis, Belgia, Jerman dan Swiss. Bayaran untuk prajurit Eropa itu  per bulan pada 1870. Gaji itu setara dengan bayaran buruh pabrik selama setahun. 

Dalam struktur KNIL, komando tertinggi dipegang oleh gubernur jenderal Hindia Belanda yang merupakan opperbevelhebber (panglima tertinggi) militer. Di bawahnya ada seorang Komandan Angkatan Darat yang merangkap jabatan sebagai Kepala Department van Oorlog (Departemen urusan Peperangan) dengan pangkat letnan jenderal. 

Masih menurut Petrik, mulanya KNIL dibentuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda Graaf Johannes van den Bosch hanya untuk di Jawa. Namun kebutuhannya meluas sehingga perlu lebih banyak pasukan. Karena orang Belanda jumlahnya lebih sedikit, akhirnya sebagian besar pasukan diambiil dari orang-orang pribumi.  

Orang-orang pribumi dalam KNIL wajib berhadapan dengan pribumi yang memberontak terhadap pemerintah kolonial Hindia Belanda. Dalam sejarahnya, KNIL mampu mengadang berbagai perlawanan warga lokal yang terjadi di seluruh wilayah Hindia Belanda. 

Dari seluruh serdadu Eropa, persentase orang Belanda adalah 61 persen dan sisanya 39 persen dari negara tetangganya. Komposisi orang Eropa selain Belanda meliputi 30 persen orang Belgia, 30 persen orang Jerman, orang Swiss sebanyak 20 persen, 12 persen orang Prancis dan sisanya 8 persen lagi dari negara lain. 

Pribumi jadi KNIL

Sementara itu untuk serdadu pribumi, pada 1830, jumlah bintara pribumi ada 60 persen. Sedangkan perwiranya hanya 5 persen dari jumlah semua perwira. Beberapa perwira KNIL yang terkenal di antaranya, Soeharto, AH Nasution, TB Sumatupang, Alex Evert Kawilarang, dan Urip Sumoharjo. 

Soeharto

Presiden kedua Republik Indonesia Soeharto pernah bergabung KNIL. Mengutip merdeka.com, saat itu ia sedang mencari pekerjaan setelah dipecat dari tempat kerja sebelumnya, di bank desa. 

Saat mengikuti proses seleksi, Soeharto lolos sebagai yang terbaik. Dia kemudian ditugaskan praktik menjadi wakil komandan regu di Batalion XIII di Rampal dekat Malang. Lalu menjaga pertahanan pantai di Gresik. 

AH Nasution

AH Nasution bergabung menjadi tentara KNIL pada November 1940. Kariernya di sana cukup bagus. Sampai kemudian ia diangkat sebagai Vaandrig (Pembantu Letnan) untuk kesatuan Infanteri KNIL pada 1941. Ia juga berpengalaman perang melawan tentara Jepang. 

Urip Sumoharjo

Urip adalah mantan perwira KNIL dengan pangkat tertinggi yang terlibat dalam pembangunan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Saat di KNIL Urip bisa sampai mendapat pangkat mayor. Sementara perwira lain kebanyakan hanya berpangkat letnan satu, seperti Didi Kartasasmita, Soeriadarma, Hidayat dan Soerjosoerarso. 

Alex Evert Kawilarang 

Kawilarang memang dikenal sebagai tokoh militer Indonesia. Ia merupakan pendiri Kesko TT yang kemudian menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Dalam KNIL, dia pernah diangkat menjadi perwira setelah lulus dari sekolah opsir di Jatinegara, Jakarta. Setelah KNIL kalah dari Jepang, Alex kemudian ikut serta dalam pembangunan TNI dengan menjadi perwira TNI dan pernah menjabat Panglima Siliwangi setelah kemerdekaan RI. 

TB Simatupang

Tahi Bonar Simatupang adalah tokoh militer Indonesia yang pernah ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai Kepala Staf Angkatan Perang Republik Indonesia (KASAP) setelah Soedirman wafat pada 1950. 

Dia pernah mengenyam pendidikan di akademi militer KNIL yakni KMA pada 1940 untuk dijadikan perwira KNIL. Setelah menempuh pendidikan selama 2 tahun, Bonar pun lulus sebagai perwira muda. 

Namun belum sempat ditugaskan di KNIL (Koninlijke Nederlands Indische Leger), pasukan Jepang keburu merebut kekuasaan di Hindia Belanda dan KNIL pun dibubarkan. Senjatanya pun dilucuti.

Setelah Indonesia merdeka atau lebih tepatnya pada 1950, KNIL akhirnya dibubarkan. Runtuhnya KNIL sejalan dengan hancurnya kekuasaan Belanda di Nusantara.

Menurut Ong Hok Ham (2018) runtuhnya Belanda oleh Jepang salah satunya karena kekuatan militer Belanda yang buruk.

"Bukan karena hubungan jelek antara rezim dan rakyat. Tetapi juga terletak pada lemahnya alat-alat perang dan infrastruktur militernya yang kuno."

Ong Hok Ham