Pentagon Sebut Ukraina Kehabisan Amunisi saat Bantuan Amerika Serikat Berkurang
JAKARTA - Pejabat senior Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) mengatakan, pasukan Ukraina mulai kehabisan amunisi dan penghentian bantuan Amerika Serikat untuk Kyiv mempengaruhi perjuangan melawan invasi Rusia.
Amerika Serikat tidak dapat memberikan bantuan militer tambahan ke Ukraina sejak akhir tahun lalu, dengan Partai Republik memblokir pengeluaran tambahan kecuali Pemerintahan Presiden Joe Biden juga berjanji untuk mengatasi keamanan di perbatasan AS-Meksiko.
Asisten Menteri Pertahanan untuk Urusan Keamanan Internasional Celeste Wallander mengatakan, meskipun beberapa senjata dan amunisi yang sebelumnya dikontrak masih disediakan oleh AS, dukungan untuk militer Ukraina sebagian besar telah berkurang.
"Kami telah mendengar laporan dari Pemerintah Ukraina, mereka mempunyai kekhawatiran dari Kementerian Pertahanan Ukraina dan staf umum, mereka khawatir bahwa mereka percaya unit-unit tersebut tidak memiliki stok amunisi yang mereka butuhkan," kata Wallander kepada wartawan, melansir The National News 24 Januari.
Kyiv telah "melaporkan perubahan kecepatan dan volume paket bantuan tempur AS pada musim gugur memang mempengaruhi perencanaan dan operasi mereka".
"Mereka khawatir pasukan garis depan melaporkan kepada pimpinan mereka, mereka merasa dibatasi dan mereka meminta lebih banyak amunisi," tambahnya.
Wallander berbicara kepada wartawan setelah pertemuan bulanan Kelompok Kontak Pertahanan Ukraina, yang diselenggarakan oleh Menteri Pertahanan Lloyd Austin.
Kepala Pentagon menyoroti paket bantuan militer senilai 250 juta dolar AS yang diumumkan Washington bulan lalu, namun tidak merinci bantuan baru Amerika.
Dia meminta negara-negara lain untuk "menggali lebih dalam" untuk menyediakan lebih banyak sistem pertahanan udara dan pencegat berbasis darat kepada Ukraina.
Sementara itu, Sekretaris Pers Departemen Pertahanan Mayjen Pat Ryder mengatakan, kurangnya dana telah memaksa Pentagon untuk berhenti menyumbangkan peralatan militernya ke Kyiv untuk memastikan kesiapan militer Negeri Paman Sam.
"Hal ini tentu saja menghalangi kami untuk memenuhi kebutuhan medan perang paling mendesak di Ukraina, termasuk hal-hal seperti peluru artileri, senjata anti-tank, pencegat pertahanan udara," urai Mayjen Ryder.
Kedua belah pihak dalam perang gesekan yang brutal sedang berjuang untuk mendapatkan amunisi yang cukup. Rusia diberikan peluru artileri, drone, dan perlengkapan lainnya dari Korea Utara dan Iran, kata AS.
Baca juga:
- Tolak Pernyataan PM Netanyahu di DK PBB, Menlu Retno: Tujuan Akhir Israel Menghapus Palestina dari Peta Dunia
- Pidato di DK PBB, Menlu Retno: Kita Punya Tanggung Jawab Menegakkan Hukum Humaniter Internasional
- Parlemen Turki Setujui Aksesi Keanggotaan NATO Swedia Usai Menunggu 20 Bulan
- Dmitry Medvedev Nilai Asia Tenggara Penting untuk Pembentukan Arsitektur Baru Hubungan Internasional
Diketahui, para senator AS berlomba-lomba mencari dukungan bagi kompromi yang dapat dinegosiasikan, yang dapat merevisi kebijakan perbatasan AS, membuka pintu bagi suara Partai Republik untuk menambah bantuan AS pada masa perang untuk Ukraina.
"Bantuan Amerika, yang sangat penting untuk membantu teman-teman Ukraina kita, telah habis," kata Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer.
"Satu-satunya cara untuk memberikan lebih banyak bantuan adalah melalui Kongres. Dan penting bagi Kongres untuk mengambil tindakan, karena ketika pasokan di Ukraina semakin menipis, pasokan dari Rusia pun akan terisi kembali," tandasnya.