Militer Myanmar Serbu Galangan Kapal, Dua Warga Tewas Tertembak di Kepala dan Dada

JAKARTA - Ketegangan antara aparat keamanan dan warga Kotapraja Maha Aung Myay meningkat hari ini, ketika polisi berusaha menggerebek galangan kapal untuk memaksa staf kembali bekerja. Warga memprotes dan berusaha mengusir aparat keamanan. Staf pekerja bergabung dengan aksi pembangkangan nasional (CDM), sebagai bagian dari unjuk rasa menolak kudeta militer Myanmar

Dua warga sipil, termasuk seorang pemuda, telah ditembak mati pada Hari Sabtu 20 Februari di Mandalay, ketika polisi anti huru hara melepaskan tembakan dengan peluru karet dan peluru tajam.

Tembakan ini dilepaskan ke arah ke penduduk yang melindungi pekerja galangan kapal pemerintah, yang telah bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil melawan rezim militer.

"Dua puluh orang terluka dan dua lainnya tewas. Seorang pria meninggal karena luka di kepala," kata Ko Aung, pemimpin layanan darurat relawan Parahita Darhi, melansir Reuters.

Ko Aung dan dokter mengatakan orang kedua ditembak di dada dan meninggal kemudian karena lukanya. Dia diidentifikasi oleh kerabatnya sebagai Thet Naing Win, seorang tukang kayu berusia 36 tahun.

“Mereka membawa mayatnya ke kamar mayat. Saya tidak bisa membawanya pulang. Meskipun suami saya meninggal, saya masih memiliki putra saya,” kata istrinya, Thidar Hnin, kepada Reuters melalui telepon. 

“Saya belum pernah terlibat dalam gerakan ini, tetapi sekarang saya akan, saya tidak takut sekarang,” imbuhnya.

Selain korban jiwa, sejumlah warga dan pengunjuk rasa juga menjadi korban pemukulan. Jumlahnya mencapai puluhan orang.

"Para korban dipukul di bagian perut dan kepala. Sedikitnya 24 orang terluka dan beberapa dalam kondisi kritis," kata seorang saksi mata kepada The Irrawaddy.

Tindakan keras polisi pada Hari Sabtu telah menjadi kematian protes kedua dan ketiga, sejak militer mengambil kendali dalam kudeta pada 1 Februari, setelah kematian seorang wanita berusia 20 tahun yang ditembak di kepala hampir dua minggu lalu di Naypyitaw pada Jumat kemarin.

Penduduk mengatakan, hampir 100 polisi anti huru hara dan tentara dikerahkan di lebih dari selusin truk polisi di Strand Road, sebelum tindakan keras itu. Menurut beberapa gambar media, penembak jitu militer juga dikerahkan.

“Mereka tiba-tiba mulai memukuli orang dan menangkap mereka. Mereka juga merusak sepeda motor. Saat warga mencoba merespons, mereka melepaskan tembakan,” kata seorang warga.