Israel Izinkan Truk Pengangkut Bahan Bakar Tambahan Masuk Jalur Gaza, Tapi Jumlahnya Terbatas
JAKARTA - Kabinet Keamanan Israel telah menyetujui rekomendasi yang dibuat oleh Kabinet Perang untuk mengizinkan peningkatan "minimal" dalam jumlah bahan bakar yang masuk setiap hari, untuk mencegah "tragedi kemanusiaan dan pecahnya epidemi" di Jalur Gaza selatan, kata kantor perdana menteri dalam pernyataan pada Hari Rabu.
Keputusan tersebut diambil setelah tekanan Amerika Serikat untuk mengizinkan lebih banyak bahan bakar masuk ke Gaza, yang menyebabkan pertemuan kabinet pada Rabu malam.
"Jumlah minimalnya akan ditentukan dari waktu ke waktu oleh Kabinet Perang," kata pernyataan itu, melansir CNN 7 Desember.
Mengutip The Times of Israel, Washington menuntut pengiriman bahan bakar yang saat ini sekitar 60.000 liter per hari, dilipatgandakan bahkan hingga tiga kali lipat.
Sementara, situs berita Ynet mengatakan, menteri sayap kanan Bezalel Smotrich dan Itamar Ben Gvir memberikan suara menentang penambahan dalam rapat tersebut.
Sebelumnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Hari Selasa mengonfirmasi, batas yang ada saat ini adalah dua truk tangki bahan bakar atau sekitar 60.000 liter per hari.
PM Netanyahu mengklaim, perang yang dilakukan Israel di Gaza didukung oleh upaya kemanusiaan, menekankan pihaknya mengizinkan truk bahan bakar dalam jumlah minimum, dan juga bertujuan untuk mencegah wabah penyakit di Gaza yang dapat menghentikan operasi darat.
Baca juga:
- Sebut Warga Sipil Hidup dalam Ketakutan, Kepala HAM PBB: Israel Terus Membombardir Gaza
- Israel Ingin Buru Militan Hamas hingga ke Turki, Presiden Erdogan: Mereka akan Menanggung Akibat yang Sangat Berat
- Turki Tegas Tolak Rencana Israel Bangun Zona Penyangga di Gaza, Presiden Erdogan: Tidak Menghormati Palestina
- Diplomat Moskow Ingatkan Jet Tempur NATO yang Dikirim ke Ukraina Menjadi Sasaran Militer Sah Pasukan Rusia
"Upaya perang didukung oleh upaya kemanusiaan. Hal ini karena kita mengikuti hukum perang, karena kita tahu bahwa jika terjadi kehancuran – penyakit, pandemi, dan infeksi air tanah – maka pertempuran akan terhenti," urai PM Netanyahu.