Menghindari Justifikasi Hasil Survei di Pilpres 2024
JAKARTA - Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi menetapkan tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 pada 13 November lalu. Pasangan tersebut adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (nomor urut 1), Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (nomor urut 2), dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD (nomor urut 3).
Setelah penetapan resmi dari KPU, lembaga survei merilis hasil survei elektabilitas masing-masing pasangan. Hingga tulisan ini, terdapat tujuh hasil survei yang dirilis pada Bulan November. Berikut adalah hasil survei tersebut:
1. Survei Lembaga Survei Nasional (LSN) (5-12 November 2023)
• Prabowo-Gibran: 42,1%
• Ganjar-Mahfud: 28,8%
• Anies-Cak Imin: 25,2%
• Tidak memilih: 3,9%
2. Survei Ide Cipta Research & Consulting (ICRC) (12-16 November 2023)
• Prabowo-Gibran: 37,3%
• Ganjar-Mahfud: 33,5%
• Anies-Cak Imin: 24,1%
3. Survei Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) (9-13 November 2023)
• Ganjar-Mahfud: 38,75%
• Prabowo-Gibran: 34,25%
• Anies-Muhaimin: 24,00%
• Tidak tahu/tidak jawab: 3,00%
4. Survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA (6-13 November 2023)
• Prabowo-Gibran: 40,3%
• Ganjar-Mahfud: 28,6%
• Anies-Muhaimin: 20,3%
• Belum memilih: 10,8%
5. Survei Indonesia Political Opinion (IPO) (10-17 November 2023)
• Prabowo-Gibran: 36,2%
• Anies-Muhaimin: 34,1%
• Ganjar-Mahfud: 27,1%
6. Survei Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) (9-13 November 2023)
• Ganjar-Mahfud: 38,7%
• Prabowo-Gibran: 34,25%
• Anies-Cak Imin: 24,0%
• Tidak tahu/tidak menjawab: 3,00%
7. Survei Political Weather Station (PWS) (1-8 November 2023)
• Prabowo-Gibran: 52,1%
• Ganjar-Mahfud: 41,5%
• Anies-Cak Imin: 22,4%
• Tidak tahu: 3,1%
Setiap Paslon Klaim Unggul, Respons Terhadap Hasil Survei Pilpres 2024
Bagaimana pandangan ketiga paslon terhadap hasil survei yang cenderung mengunggulkan Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024? Anies Baswedan, capres nomor urut 1, mengungkapkan apresiasinya terhadap peningkatan elektabilitas AMIN dalam beberapa survei terkini, meskipun belum menduduki peringkat pertama. Dia melihat kenaikan tersebut sebagai hasil dari kesadaran masyarakat akan kebutuhan perubahan.
Anies menyatakan, "Kami meyakini bahwa makin hari makin banyak masyarakat yang menyadari bahwa kita ini memerlukan perubahan." Ia menyoroti konsep perubahan yang terus diupayakan sejak dirinya dideklarasikan sebagai bakal capres oleh Nasdem.
Baca juga:
“Ketika tahun lalu kita berbicara perubahan, banyak yang tanya apa yang mau diubah sekarang, kita lihat bagaimana lapangan pekerjaan, bagaimana kebutuhan pokok, bagaimana biaya pendidikan, bagaimana biaya kesehatan, mungkin kami tidak bisa menyelesaikan semua masalah dalam waktu lima tahun,” kata Anies Kamis 23 November lalu.
Dari kubu paslon nomor urut 2, Prabowo-Gibran, Tim Kampanye Nasional (TKN) Koalisi Indonesia Maju merasa optimis akan kemenangan paslon yang diusungnya. Sufmi Dasco Ahmad, Ketua Koordinator Strategis TKN, menegaskan bahwa hasil survei menunjukkan Prabowo-Gibran tidak perlu menggunakan cara curang untuk meraih kemenangan. Ia mencatat peningkatan elektabilitas Prabowo sejak sebelum berpasangan dengan Gibran, berkat upaya politik dan pendekatan kuat kepada rakyat.
Dasco menyatakan, "Setelah berpasangan dengan Mas Gibran, survei elektabilitas kedua pasangan capres-cawapres ini terus meningkat. Ini membuktikan penerimaan masyarakat terhadap keduanya semakin membaik."
Sementara itu, Ganjar Pranowo, capres nomor urut 3, enggan terlalu memikirkan hasil survei yang telah dirilis. Fokusnya adalah terus bekerja dan mendekatkan diri ke masyarakat. Meskipun ada hasil survei yang menempatkannya di posisi puncak, Ganjar lebih memilih untuk tetap fokus pada kinerja dan interaksi langsung dengan masyarakat.
Terkait elektabilitas, Ganjar menyatakan, "Ini saya dikirimi hasil survei. Survei saya nomor satu." Menurutnya, lembaga yang menempatkan dirinya pada posisi pertama adalah Lembaga Pemilih Indonesia. Ia mengaku hasil survei tersebut baru didapatkannya kemarin. “Namanya Lembaga Pemilih Indonesia. Sudah baca belum? Baru kemarin dan terbaru. Saya nomor satu,” jelas Ganjar Sabtu 18 November.
Hasil Survei Pilpres 2024 Jangan Diserap Mentah-mentah
Bagaimana respons publik, terutama pemilih, terhadap hasil beragam lembaga survei? Siti Zuhro, pengamat politik dari BRIN, menyoroti perlunya deklarasi dari lembaga survei, apakah mereka bersifat independen atau sebagai konsultan politik. Ini penting untuk memberikan kejelasan terkait siapa yang menjadi fokus kinerja lembaga tersebut.
Dia menjelaskan, konsultan politik mempunyai tugas dan fungsi memberikan saran untuk memenangkan kontestasi dalam konteks pemilu. Sementara lembaga survei, usernya adalah calon atau tim pemenangan. “Ini yang harus dibedakan. tapi di Indonesia biasanya dirangkap,” tuturnya, Senin 27 November.
Menurut Zuhro, lembaga survei yang merangkap peran perlu mendeklarasikan statusnya agar publik dapat memiliki preferensi yang jelas. Hal ini dianggap sebagai langkah literasi dan edukasi untuk masyarakat agar tidak mengonsumsi hasil survei secara mentah-mentah, yang berpotensi mempengaruhi persepsi hasil pilpres. “Dengan demikian, publik punya preferensi terhadap sebuah lembaga survei sekaligus menghindari kebohongan publik,” jelasnya.
Zuhro menekankan bahwa lembaga survei harus memiliki empati terhadap masyarakat yang masih membutuhkan edukasi. Pemilu bukan hanya tentang perebutan kekuasaan, tetapi juga memberikan pembelajaran kepada masyarakat.
Muhammad Romahurmuziy, Ketua Majelis Pertimbangan Partai DPP PPP, setuju bahwa tidak ada yang salah dalam merilis hasil survei elektabilitas paslon menjelang Pilpres 2024. Namun, ia juga berharap agar lembaga survei dapat mendeklarasikan siapa penggunanya untuk menghindari penggiringan opini bahwa satu paslon hampir pasti memenangkan pilpres.
Romi menekankan bahwa hasil survei sebaiknya tidak dijadikan referensi utama dalam pemilihan, melainkan hanya sebagai bahan bacaan. Ia yakin bahwa pemilih Indonesia saat ini sudah cerdas dan tidak akan memilih berdasarkan hasil survei semata saat menggunakan hak suara mereka pada 14 Februari mendatang.
“Kalau saya pribadi memilih tidak menelan mentah-mentah hasil survei, baik itu yang mengunggulkan nomor 1, 2 atau 3 sekalipun. Sebagai bahan bacaan bisa, tapi tidak untuk dijadikan referensi. Ini yang harus dipahami masyarakat atau pemilih. Jangan sampai ketika tiba di bilik suara lebih mengingat hasil survei, bukan memilih berdasarkan hati nurani,” tandasnya, Senin 27 November.