Seisi Dunia Menyambut Novel Alice's Adventures in Wonderland dalam Sejarah Hari Ini, 26 November 1865

JAKARTA – Sejarah hari ini, 158 tahun yang lalu, 26 November 1865, novel Alice's Adventures in Wonderland (dikenal juga dengan Alice in Wonderland) karya Lewis Caroll – nama pena dari Charles Lutwidge Dodgson—terbit pertama kali.

Penerbitan novel itu disambut dengan gegap gempita. Novel yang bercerita terkait petualangan gadis cilik, Alice jadi buruan banyak orang. Sebelumnya, kemampuan Dodgson dalam mengarang cerita tak perlu diragukan. Ia jeli meramu pengalaman dan imajinasinya jadi cerita memukau.

Minat Dodgson kepada ilmu matematika tiada dua. Ilmu matematika jadi bidang yang dipilihnya kala melanjutkan pendidikan di Christ Church College, Universitas Oxford. Masa-masa kuliah itu penuh dengan suka cita. Ia mulai bertumbuh sebagai insan cerdas.

Narasi itu dibuktikan dengan keberhasilannya lulus Oxford pada 1857. Wawasan dan minatnya kepada matematika tambah luas. Almamaternya pun kepincut. Dodgson segera dijadikan sebagai dosen. Rutinitasnya sebagai dosen dijalani dengan baik.

Potret ilustrasi zaman dulu dari novel Alice's Adventures in Wonderland. (Wikimedia Commons)

Ia mampu jadi sosok yang menyenangkan sekaligus jenaka. Namun, kehidupan sebagai dosen kian monoton. Dodgson ingin mencoba hal baru. ia ingin jadi seorang penulis. Mulanya hanya coba-coba. Ia pun secara tak terduga ikut piknik bersama dengan anak-anak dari rekanannya -- seorang dekan di Universitas Oxford.

Ada Alice, lorina, dan Edith Liddel. Mereka termasuk Dodgson naik ke sebuah perahu. Dodgson pun diminta untuk bercerita oleh Alice. Keinginan itu dianggap tantangan oleh Dodgson. Ia pun bercerita kepada Alice tentang petualangan Alice di dunia bawah tanah.

Cerita itu menganggumkan. Mereka yang mendengar menikmatinya. Namun, Dodgson diminta Alice untuk menuliskan cerita itu supaya ia dapat membacanya setiap waktu. Apalagi, cerita itu dianggap Alice menarik dan penuh dengan muatan petualangan.

“Inspirasi yang melahirkan cerita khayalan itu seolah tampak sederhana. Sastrawan yang juga dosen matematika bernama asli Charles Lutwidge Dodgson itu tertarik pada gadis cilik sembilan tahun bernama Alice Liddell, anak Dekan Christ Church College, Universitas Oxford. Pada 4 Juli 1862, Dodgson melakukan perjalanan naik perahu bersama tiga anak perempuan sang dekan: Alice, Lorina, dan Edith Liddell. Dodgson bercerita tentang petualangan Alice di bawah tanah.”

Potret ilustrasi kekinian dari novel Alice's Adventures in Wonderland. (Wikimedia Commons)

“Ketika si kecil Alice memintanya menuliskan cerita untuknya, Dodgson pun memenuhinya. Dan, Alice Liddell menyediakan model bagi tokoh rekaan Alice dalam novel perdananya, Alice's Adventures Underground --kemudian jadi Alice's Adventures in Wonderland, yang ilustrasinya ia bikin sendiri. Alice digambarkannya sebagai anak yang cerita,” terang Ngarto Februana dalam tulisannya di Koran Tempo berjudul Dunia Mimpi Alice (2007).

Dodgson mengembangkan kisah Alice dengan sungguh-sungguh. Ia dengan lihai bercerita terkait seorang gadis muda bernama Alice yang jatuh melalui lubang kelinci ke dunia fantasi. Petualangan pun bermula dari situ. Kisah itu kemudian tak hanya diserahkan kepada Alice semata.

Penerbit asal Inggris, Macmillan Publishers ingin jadi yang pertama mencetaknya secara komersial. Hasilnya gemilang. Novel Alice's Adventures in Wonderland terbit pada 26 November 1865. Semenjak itu novel itu terus berjodoh dengan penggemarnya di seantero dunia.

“Karena pada tanggal 26 November 1865 buku tersebut diterbitkan, setelah teman-temannya meyakinkannya bahwa cerita tulisan tangannya harus dipublikasikan ke masyarakat luas. Bagi banyak orang, ilustrasi John Tenniel pada edisi pertama ini tetap tak terlupakan sebagai Alice. Alice digambarkan sebagai anak rupawan dengan rambut pirang.” tertulis dalam laporan laman The Guardian berjudul The Guardian view on Alice in Wonderland: A Dauntless, No-Nonsense Heroine (2015).