40 Persen dari 10.569 Korban Tewas di Gaza adalah Anak-anak, Sekjen PBB Sebut Ada yang Salah dengan Operasi Militer Israel

JAKARTA - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan pada Hari Rabu, jumlah warga sipil yang terbunuh di Jalur Gaza menunjukkan ada sesuatu yang salah dengan operasi militer Israel terhadap militan Hamas Palestina.

Israel bersumpah untuk menghabisi Hamas yang menguasai Gaza, setelah militan tersebut menewaskan sekitar 1.400 orang dan menyandera lebih dari 240 lainnya dalam serangan 7 Oktober.

Sebagai balasan, Israel menyerang Gaza lewat darat, laut dan udara, serta memblokade total wilayah kantong dengan 2,3 juta penduduk tersebut.

Pihak otoritas Palestina mengatakan, hingga kini sekitar 10.569 orang terbunuh di Jalur Gaza, dengan 40 persen di antaranya adalah anak-anak.

"Ada pelanggaran yang dilakukan Hamas ketika mereka memiliki perisai manusia. Namun ketika kita melihat jumlah warga sipil yang terbunuh dalam operasi militer (Israel), ada sesuatu yang jelas salah," kata Guterres kepada Reuters, seperti dikutip 9 November.

Israel mengatakan mereka menargetkan Hamas, bukan warga sipil, menuduh militan yang didukung Iran menggunakan penduduk sebagai tameng manusia.

"Penting juga untuk membuat Israel memahami, bertentangan dengan kepentingan Israel jika setiap hari melihat gambaran buruk tentang kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar bagi rakyat Palestina," terang Guterres.

"Itu tidak membantu Israel dalam kaitannya dengan opini publik global," tegasnya.

Meski mengecam keras serangan Hamas terhadap Israel, Guterres mengatakan "kita perlu membedakan, Hamas adalah satu hal dan rakyat Palestina adalah hal lain."

"Jika kita tidak membuat perbedaan, saya pikir kemanusiaan itu sendiri yang akan kehilangan maknanya," jelas Guterres.

Guterres membandingkan jumlah anak-anak yang terbunuh di Gaza dengan jumlah korban konflik di seluruh dunia yang ia laporkan setiap tahun kepada Dewan Keamanan PBB. Pada Hari Senin, dia mengatakan Gaza menjadi "kuburan bagi anak-anak."

"Setiap tahun, jumlah tertinggi pembunuhan anak-anak yang dilakukan oleh salah satu aktor dalam seluruh konflik yang kita saksikan mencapai ratusan," urai Guterres.

"Dalam beberapa hari ini kita melihat ribuan anak-anak terbunuh di Gaza, yang berarti ada sesuatu yang salah dalam cara operasi militer yang dilakukan," tambahnya.

Laporan PBB mengenai anak-anak dan konflik bersenjata memuat daftar yang dimaksudkan untuk mempermalukan pihak-pihak yang berkonflik, dengan harapan mendorong mereka untuk menerapkan langkah-langkah untuk melindungi anak-anak. Hal ini telah lama menjadi kontroversi, dan para diplomat mengatakan Israel memberikan tekanan dalam beberapa tahun terakhir dalam upaya untuk tidak masuk dalam daftar tersebut.

Pada Bulan Juni, Guterres menambahkan angkatan bersenjata Rusia ke dalam daftar pelaku pelanggaran, setelah PBB memverifikasi bahwa mereka membunuh 136 anak-anak di Ukraina pada tahun 2022. Laporan berikutnya akan dirilis pada pertengahan tahun 2024.