Raja Abdullah II Ingatkan Israel Tidak Perluas Perang di Gaza, PM Yordania: Semua Opsi Tersedia
PM Yordania Bisher Al-Khasawneh. (Wikimedia Commons/رئاسة الوزراء- دائرة الإعلام)

Bagikan:

JAKARTA - Yordania mengatakan pihaknya terbuka terhadap semua pilihan, untuk menghadapi kegagalan Israel membedakan antara sasaran militer dan sipil, saat pemboman dan invasi ke Jalur Gaza meningkat, dengan pemimpin negara itu memperingatkan agar perang tidak diperluas.

Perdana Menteri Yordania Bisher al Khasawneh tidak merinci langkah apa yang akan diambil Yordania, beberapa hari setelah negara itu menarik duta besarnya dari Israel, sebagai protes atas serangan negara itu terhadap Gaza setelah serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober.

"Semua opsi tersedia bagi Yordania dalam menghadapi agresi Israel di Gaza dan dampaknya," ujar PM Khasawneh, melansir Reuters 7 November.

PM Khasawneh mengatakan, blokade total Israel di Gaza yang padat penduduknya bukanlah upaya membela diri seperti yang mereka katakan.

"Serangan brutal Israel tidak membeda-bedakan sasaran sipil dan militer, meluas ke wilayah aman dan ambulans," jelasnya.

Sementara itu, Raja Yordania Abdullah II pada Senin memperingatkan agar Israel tidak memperluas perang di Gaza, seperti dikutip dari Anadolu.

Itu disampaikannya di Brussels, Belgia, saat bertemu dengan Sekjen NATO Jens Stoltenberg, menurut Kerajaan Yordania.

"Semua orang menanggung akibatnya, karena tidak adanya solusi politik terhadap konflik Palestina-Israel," kata Raja Abdullah II.

Dia juga menyerukan upaya untuk segera melakukan gencatan senjata di Gaza dan melindungi warga sipil.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Ayman Safadi mengatakan, setiap tindakan yang memaksa warga Palestina menyeberang ke Yordania, yang berbatasan dengan Tepi Barat, adalah garis merah yang sama dengan deklarasi perang.

"Setiap upaya untuk mengusir warga Palestina sebagai upaya Israel untuk mengubah geografi dan demografi akan kami hadapi," kata Menlu Safadi pekan lalu.

Terpisah, Israel membantah sengaja menargetkan sasaran-sasaran sipil di daerah padat penduduk, mengatakan kelompok militan Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia, menggali terowongan di bawah rumah sakit dan menggunakan ambulans untuk mengangkut para pejuangnya.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan "hubungan negaranya dengan Yordania memiliki kepentingan strategis bagi kedua negara dan kami menyesali pernyataan-pernyataan yang menghasut dari kepemimpinan Yordania."

Diketahui, sekitar 1.400 orang tewas dan 240 lainnya ditahan sebagai sandera, usai serangan kelompok militan Palestina Hamas pada 7 Oktober lalu.

Itu membuat Israel melakukan bombardir dan blokade total terhadap Jalur Gaza. Juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza Ashraf Al Qudra mengatakan, 10.022 warga Palestina di daerah kantong tersebut tewas akibat serangan Israel, termasuk 4.104 anak-anak, 2.641 wanita dan 611 orang lanjut usia, dikutip dari CNN.

Angka-angka tersebut menunjukkan sekitar tiga perempat dari korban tewas berasal dari populasi rentan. Pihak kementerian juga melaporkan 25.408 orang lainnya terluka.