Bagikan:

JAKARTA - Tidak ada tempat yang aman untuk dituju di Jalur Gaza bagi orang-orang yang diperintahkan untuk mengungsi, kata Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dalam sebuah pernyataan pada Hari Senin, saat jumlah korban tewas warga Palestina meningkat drastis seiring berakhirnya gencatan senjata Hamas-Israel pekan lalu.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan sebagian besar Jalur Gaza, termasuk beberapa lingkungan di bagian selatan, setelah mereka memutuskan melanjutkan operasi militernya pada akhir pekan, termasuk memulai operasi di wilayah Gaza selatan.

"Bagi orang-orang yang diperintahkan untuk mengungsi, tidak ada tempat yang aman untuk dituju dan sangat sedikit tempat untuk bertahan hidup," kata Sekjen PBB, melansir CNN 5 Desember.

Lebih lanjut Sekjen Guterres mengatakan, dia sangat khawatir dengan dimulainya kembali pertempuran antara Israel, Hamas, dan kelompok bersenjata Palestina lainnya di Gaza.

Dia mendesak pasukan Israel untuk menyelamatkan warga sipil dari penderitaan yang lebih besar, menghindari tindakan yang akan memperburuk "situasi kemanusiaan yang membawa bencana," menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Stéphane Dujarric, juru bicara sekretaris jenderal.

"Warga sipil – termasuk petugas kesehatan, jurnalis dan personel PBB – dan infrastruktur sipil harus dilindungi setiap saat," seru pernyataan itu.

Sekjen Guterres juga mengatakan, dia sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki, termasuk tingginya jumlah korban jiwa dan penangkapan, intensifnya operasi keamanan Israel dan kekerasan pemukim, serta serangan terhadap warga Israel oleh warga Palestina, kata pernyataan itu.

Terpisah, jumlah korban tewas warga Palestina akibat kampanye militer besar-besaran Israel di Jalur Gaza telah melonjak menjadi 15.899 orang, kata Kementerian Kesehatan di wilayah kantong yang diblokade itu Hari Senin, dikutip dari Anadolu.

"Lebih dari 42.000 orang lainnya terluka dalam serangan itu," kata juru bicara kementerian Ashraf al-Qudra pada konferensi pers.

Ia juga mengatakan, sekitar "70 persen korban agresi Israel di Gaza adalah perempuan dan anak-anak."

"(Pasukan) pendudukan menghancurkan 56 pusat kesehatan (di Gaza) dan menangkap 35 staf medis," tambah al-Qudra.

Dalam kesempatan yang sama, ia pun meminta PBB dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menekan pemerintah Israel agar membebaskan staf medis dari penjara.

"Kami menyerukan perlindungan terhadap rumah sakit, staf medis dan kemanusiaan dan untuk mengamankan koridor aman yang memungkinkan masuknya pasokan medis dan bahan bakar, serta untuk pemindahan orang-orang yang terluka (ke luar Gaza untuk perawatan medis)," tandas al-Qudra.