Februari yang Aneh Bagi Penjual Bunga di Amerika Serikat
JAKARTA - Menggeluti bisnis toko bunga sejak 40 tahun silam, Deborah De La Flor belum pernah mengalami momen Bulan Februari seperti tahun ini. Di satu sisi, ia masih melayani pesanan untuk orang terkasih. Di sisi lain, ia jug melayani pesanan untuk orang terkasih yang sudah meninggal dunia.
"Pada saat seseorang mengatakan 'aku cinta padamu', maka ia akan mengirimkan kartu 'aku mencintaimu'," ujarnya yang sedang menyiapkan karangan bunga dan kartu untuk Hari Valentine, sambil memastikan pesanan lain terpenuhi untuk mereka yang kehilangan orang yang dicintai karena COVID-19.
Seminggu menjelang Hari Valentine merupakan waktu tersibuk sekaligus paling menguntungkan, bagi wanita yang menjalankan bisnis toko bunga dengan label De La Florist & Gardens dekat Fort Lauderdale, Florida, Amerika Serikat.
Tiga ribu mil jauhnya di Los Angeles, penjual bunga Fernando Perata telah membantu lebih dari 100 keluarga dalam dua bulan terakhir yang telah kehilangan anggota keluarganya karena virus corona. Banyak dari keluarga yang berduka adalah klien lama.
“Suatu hari Anda melihat klien itu, keesokan harinya mereka pergi. Biasanya sang ibu bertahun-tahun membelikan bunga untuk anak-anaknya. Baru-baru ini, putra-putrinya datang untuk membeli mawar untuk pemakaman ibu mereka,” kata Perata, melansir Reuters.
Menjadi suatu ironi, industri bunga memiliki nilai mencapai 35 miliar dolar yang berasal dari kegembiraan, kesedihan dan pencapaian orang lain. Dimana, Hari Valentine pada 14 Februari mendatang berbarengan dengan peningkatan jumlah kematian akibat COVID-19 di Amerika Serikat yang mendekat angka 460 ribu orang.
CEO California Flower Mall, salah satu toko bunga terbesar di pusat Kota Los Angeles, Mark Chatoff menuturkan, ketika California memberlakukan lockdown pertamanya pada bulan Maret, beberapa toko bunga tutup karena pernikahan, wisuda, konvensi, dan acara besar lainnya menghilang. hampir dalam semalam. Kemudian datanglah pemakaman pandemi.
"Ini adalah Hari Valentine dan pemakaman. Kami sibuk karena pemakaman. Rasanya manis pahit, kami sibut karena alasan yang salah," jelas Mark Chatoff.
Sementara itu, dengan berat hati David Flowers terpaksa menolak keluarga yang mencari bunga pemakaman karena permintaan bunga Hari Valentine.
"Sedih. Itu menghancurkan hati kita. Sangat sulit untuk memberi tahu keluarga bahwa kami tidak dapat membuat bunga untuk pemakaman mereka. Kami tahu banyak tentang mereka. Mereka mengirim anggota keluarganya ke rumah sakit, beberapa hari kemudian mereka meninggal dunia. Mereka menceritakan kisah mereka," getir Alvarez.
Baca juga:
Alvarez mengatakan, sulit untuk memberi tahu orang-orang yang berduka berapa harga bunga pemakaman. Karena krisis pasokan, dan permintaan yang besar, harga karangan bunga pemakaman telah berubah dari 85 dolar AS menjadi 120 dolar AS hanya dalam beberapa minggu.
“Banyak dari keluarga ini, mereka tidak punya pekerjaan. Ini uang yang banyak untuk mereka. Kami ingin membantu mereka dan memberi mereka harga asli, tetapi kami tidak bisa. Bunga sangat mahal sekarang,” paparnya.
Menurut Society of American Florists, grup perdagangan terbesar yang mewakili industri bunga AS, sebagian besar bunga yang dijual di negara itu diimpor dari Kolombia dan Ekuador.