Rupiah Berpotensi Menguat Jelang Ekspektasi Penurunan Suku Bunga
Ilustrasi rupiah (Foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Kamis 22 Februari 2024 diperkirakan akan kembali bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu 21 Februari, Kurs rupiah spot di tutup naik 0,16 persen Rp15.635 per dolar AS. Senada, kurs rupiah Jisdor ditutup menguat 0,006 persen ke level harga Rp15.658 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan fokus kini tertuju pada risalah pertemuan The Fed pada akhir bulan Januari untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk mengenai kemungkinan arah suku bunga AS.

Bank sentral telah mempertahankan suku bunga stabil selama pertemuan tersebut, namun sebagian besar meremehkan ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal.

"Selain risalah rapat The Fed pada hari Rabu, fokus juga tertuju pada pidato dari serangkaian pejabat The Fed minggu ini, termasuk Raphael Bostic dan Michelle Bowman, keduanya merupakan bagian dari komite penetapan suku bunga bank tersebut," ucapnya dalam keteranganya dikutip Kamis 22 Februari.

Bank sentral Tiongkok memangkas suku bunga dengan margin yang lebih besar dari perkiraan pada hari Selasa, sementara Beijing juga mengumumkan serangkaian langkah-langkah dukungan yang ditujukan pada pasar properti yang sedang lesu, dalam upaya untuk menopang pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, data resmi menunjukkan peningkatan besar dalam belanja konsumen dan permintaan perjalanan selama liburan Tahun Baru Imlek, meningkatkan harapan pemulihan konsumsi Tiongkok, yang merupakan pendorong utama perekonomian.

Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan atau BI Rate pada level 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 20-21 Februari 2024. Suku bunga Deposit Facility juga diputus tetap di posisi 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.

Hal ini sejalan dengan ekspektasi para analis yang memperkirakan secara absolute bahwa BI akan menahan suku bunga acuan (BI rate) di level 6,00 persen. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen.

Maka ini menjadi kali keempat BI menahan di level tersebut setelah menahan pada November, Desember, dan Januari. Sebelumnya, BI menaikkan suku bunganya pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin (bps) dari 5,75 persen.

Ibrahim menyampaikan faktor yang membuat BI menahan suku bunga acuan adalah masih adanya sentimen ketidakpastian pemilu yang terjadi di Indonesia saat ini dan keputusan The Fed yang belum memberikan sinyal penurunan suku bunga, Indonesia masih mencatatkan aliran modal masuk.

Inflasi yang terjaga di level 2,47 persen yoy di Januari 2024 diyakini tidak menjadi tekanan bagi BI Rate. Meskipun, di dua bulan berikutnya ada potensi peningkatan inflasi imbas dari kenaikan nilai beras dan aspek musiman bulan Ramadhan.

"Hanya saja, diperlukan penjagaan bagi perbedaan imbal hasil yang memadai antara obligasi pemerintah Indonesia dan obligasi Amerika Serikat yang sangat penting untuk mencegah arus keluar modal," jelasnya.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Kamis 22 Februari dalam rentang harga Rp15.600- Rp15.670 per dolar AS.