Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu 10 Januari 2024 diperkirakan akan kembali bergerak fluktuatif namun ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jelang rilis data Indeks harga konsumen AS.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari selasa 9 Januari, Kurs rupiah spot menguat tipis 0,04 persen ke Rp15.520 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor ditutup menguat tipis 0,03 persen ke level harga Rp15.518 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan para pedagang tetap sangat bias terhadap dolar menjelang data indeks harga konsumen utama yang dirilis pada hari Kamis ini.

"Angka tersebut diperkirakan menunjukkan sedikit peningkatan inflasi pada bulan Desember, ditambah dengan kuatnya data nonfarm payrolls, memberikan The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," ujarnya dikutip Rabu 10 Januari.

Hal ini mendorong penurunan ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal, yang pada gilirannya membuat emas kehilangan beberapa keuntungan yang diperoleh pada bulan Desember.

Logam kuning masih mengakhiri tahun 2023 dengan kenaikan 10 persen

Ibrahim menyampaikan pejabat Fed juga menolak ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal.

Presiden Fed Atlanta Ralph Bostic mengatakan bahwa dengan inflasi yang masih jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen, ia tetap bias terhadap kebijakan yang tetap ketat dalam jangka pendek.

Selain data AS, fokus minggu ini juga tertuju pada angka inflasi dan perdagangan Tiongkok untuk bulan Desember, yang akan dirilis pada hari Jumat.

Negara importir komoditas terbesar di dunia ini diperkirakan masih mengalami disinflasi pada bulan Desember, sementara aktivitas perdagangan, terutama ekspor diperkirakan juga menurun.

Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia di 2023 mencapai 146,4 miliar dolar AS, melonjak 8,3 miliar dolar AS dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2023 sebesar 138,1 miliar dolar AS.

Peningkatan cadangan devisa tersebut sejalan dengan sentimen pasar terkait prospek penurunan suku bunga dari bank sentral global terutama The Fed yang berdampak terhadap penguatan Rupiah sebesar 0,73 persen secara bulanan (mtm) atau 1,10 persen secara year to date (ytd) menjadi Rp15.396 per dolar AS.

Kemudian, Ibrahim menyampaikan setelah siklus kenaikan suku bunga yang agresif sejak awal tahun 2022, pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada kuartal pertama 2024, sejalan dengan penurunan inflasi secara bertahap dan indikasi soft landing di AS.

"Di sisi lain, ekonomi AS tumbuh secara tahunan sebesar 4,9 persen pada kurtal ketiga 2023, lebih rendah dari 5,2 persen pada perkiraan kedua. Oleh karena itu, sentimen tersebut telah memberikan dampak positif bagi pasar keuangan domestik," jelasnya.

Sebagai informasi, selama Desember 2023, net inflow asing di pasar saham dan obligasi masing-masing tercatat sebesar Rp7,7 triliun dan Rp8,2 triliun.

Imbal hasil 10 tahun pemerintah Indonesia juga turun sebesar 19,0 bps month to date (mtd) menjadi 6,52 persen.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Rabu 10 Januari dalam rentang harga Rp15.490- Rp15.550 per dolar AS.