Catat Ya Ayah Bunda, Begini 5 Tips Merespon Anak yang Suka Memukul saat Sedang Tantrum
JAKARTA - Dipukul oleh anak saat dia sedang marah atau tantrum bisa timbulkan rasa malu, kecewa, dan menyebalkan bagi sebagian orang tua. Belum lagi kekhawatiran kalau perilaku ini merupakan tanda orang tua gagal mendidik anak.
Namun, tak perlu cemas. Kebiasaan anak yang memukul saat tantrum akan selesai seiring bertambahnya usia si kecil. Dan, sebelum perilaku ini selesai, respon orang tua terhadap pukulan anak adalah kunci agar kebiasaan tersebut tidak jadi berlarut-larut.
Disadur VOI dari laman Very Well Family, Rabu, 11 Oktober, berikut lima tips bagi orang tua saat merespon anak yang suka memukul saat marah.
Tetapkan Aturan
Ciptakan aturan dalam rumah yang mengutamakan rasa hormat. Perjelas bahwa memukul, menendang, menggigit, atau tindakan agresif fisik tidak diperbolehkan di rumah. Buat aturan dengan cara yang positif bila memungkinkan. Daripada mengatakan, "Jangan memukul", katakan, "pakai sentuhan rasa sayang." Bicarakan dengan anak tentang peraturan agar memastikan dia memahami konsekuensi jika melanggar aturan.
Gunakan Konsekuensi untuk Menegakkan Aturan
Jika anak tahu aturan tetapi terus memukul, gunakan beberapa konsekuensi berikut untuk mencegah mereka memukul lagi.
Time out atau time-in: Bagi sebagian anak, time-out atau time-in bisa menjadi cara paling efektif mencegah perilaku memukul lagi. Time-out mengajarkan anak bagaimana menenangkan diri dan menjauhkannya dari lingkungan. Penting mengajari anak cara mengatur diri selama masa tenang ini.
Kehilangan hal istimewa: Jika time out tidak berhasil, coba konsekuensi lain. Menghilangkan hak istimewa dapat menjadi strategi disiplin efektif. Batasi anak mengakses barang elektronik atau mainan tertentu selama 24 jam, atau kurang dari itu tergantung usia anak. Semakin kecil usia anak, semakin sedikit waktu yang diperlukan menjauh dari benda kesayangannya.
Restitusi: Minta anak melakukan tugas tambahan di rumah atau minta dia menggambar untuk Anda sebagai cara menebus kesalahannya.
Selain itu, memperkuat perilaku baik dengan konsekuensi positif dapat mendorong anak berhenti memukul. Misal, beri hadiah pada si kecil karena menggunakan “sentuhan lembut” alih-alih memukul.
Anda juga bisa memuji anak saat dia sabar saat marah. Saat dia memeluk Anda setelah tantrum, katakan betapa Anda menyukai sentuhan manis seperti pelukan. Juga, pujilah si kecil ketika dia mau mendengarkan Anda dan berhenti memukul.
Ajarkan Perilaku yang Pantas
Tidak cukup jika Anda hanya memberi tahu anak untuk jangan memukul. Ajari juga keterampilan mengelola amarah pada anak. Dorong anak membaca buku, menggambar, menarik napas dalam-dalam, atau pergi ke kamarnya saat dia merasa marah.
Ajari anak tentang emosi, seperti kesedihan dan kekecewaan. Diskusikan pentingnya mengatasi perasaan ini dengan cara tepat dan bantu dia menemukan strategi yang mengatasi emosinya dengan aman.
Baca juga:
Hindari Hukuman Fisik
Jika Anda menggunakan pukulan sebagai hukuman, anak akan bingung mengapa Anda boleh memukul sedangkan dia tidak. Alih-alih mengajarkan pengendalian diri, memukul justru meningkatkan agresivitas anak.
Anak belajar lebih banyak tentang perilaku dari apa yang dilihatnya dari orang tua, bukan dari apa yang dia dengar dari orang tuanya. Contohkan perilaku yang ingin Anda lihat pada anak. Tunjukkan padanya taktik menghadapi kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan dengan cara yang pantas secara sosial.
Dapatkan Bantuan Profesional
Biasanya, anak 2 tahun suka memukul. Jika Anda memiliki anak yang usianya lebih besar, anak usia prasekolah, atau balita yang sangat agresif, carilah bantuan profesional. Bicarakan kekhawatiran Anda dengan dokter anak. Dokter anak mungkin merujuk anak menjalani evaluasi guna membantu menentukan penyebab agresi dan solusi mengatasinya.
Terkadang masalah mendasar dapat sebabkan anak jadi agresif. Misalnya saja, anak dengan ADHD lebih mungkin untuk sering memukul. Di lain waktu, anak dengan keterlambatan kognitif atau perkembangan mungkin akan memukul karena dia tidak mempunyai kemampuan menggunakan kata-kata atau mengatur dorongan hatinya.
Ingat, anak memukul juga bisa digunakan sebagai alat manipulasi. Kadang-kadang anak memukul untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Anak yang memukul sang ibu ketika ibunya mengatakan tidak, mungkin berharap tindakan agresif ini akan mengubah pikirannya.