Bagikan:

JAKARTA - Anak usia balita mungkin belum menyadari kalau tindakan memukul bisa menyakitkan. Hal ini dapat disebabkan oleh fakta bahwa mereka belum sepenuhnya mengembangkan rasa kasih sayang hingga usia 3 tahun. 

Selain itu, ada lagi tujuh penyebab lain yang bisa sebabkan anak suka memukul saat tantrum. Berikut VOI jabarkan alasan lebih lanjut, dilansir dari laman Parents, Jumat, 29 September.

Coba berkomunikasi

Seperti orang dewasa, balita bisa merasa bosan, lapar, lelah, dan kewalahan. Perbedaannya adalah mereka tidak memiliki keterampilan verbal untuk mengidentifikasi dan mengomunikasikan emosi tersebut, sehingga dapat membuat mereka uring-uringan.

“Karena kosakata balita belum sepenuhnya berkembang, mereka cenderung menggunakan tubuh mereka untuk menunjukkan perasaan atau membalas perselisihan,” kata Miriam Schechter, M.D., seorang profesor pediatri di Albert Einstein College of Medicine di Bronx, New York.

Mempertahankan batasan

Anda mungkin pernah memperhatikan bahwa si kecil lebih sering memukul ketika bermain dengan anak seumuran. Hal ini mungkin terjadi karena mereka berada di sekitar anak-anak lain yang mengambil mainannya atau mendorongnya hingga jatuh. Kemarahan atau kekecewaan yang dirasakan anak sulit untuk dikendalikan maka mereka meluapkan rasa emosi tersebut dengan cara memukul.

Mengalami hari yang buruk

Saat balita merasa harinya buruk, mereka mungkin akan rewel karena marah  dan tidak punya banyak keterampilan untuk mengatasinya.

“Bahkan anak-anak yang tidak sering memukul atau menggigit pun bisa kehilangan kendali saat mereka stres atau di mengalami hari yang melelahkan,” kata Dr. Schechter.

Mereka meniru orang lain

Anak Anda mungkin pernah melihat saudara atau orang disekitarnya bermain perkelahian dengan temannya dan ingin melakukannya juga. 

“Untuk beberapa anak, ada faktor coba-coba,” kata Jennifer Shu, M.D., FAAP, seorang dokter anak di Atlanta.

"Mereka melihat orang lain memukul dan berpikir, 'Hmm, mari kita lihat bagaimana rasanya," lanjut dr. Shu.

Secara alami memiliki sifat temperamental

Beberapa anak ada yang memang terlahir dengan kepribadian keras dan cenderung mengekspresikan kemarahan dengan kekerasan. Stanley Turecki, M.D., seorang psikiater anak dan keluarga dan penulis The Troubled Child menjelaskan bahwa ada anak yang bisa melepaskan rasa marah dengan santai, tapi ada juga yang lebih suka dengan mode ‘pertarungan’.

Mereka mencoba hal-hal baru

Anak balita terus-menerus bertanya pada diri sendiri, “Jika saya melakukan ini, apa yang akan terjadi?” Hal itu terbawa dalam hubungan mereka dengan orang lain, kata Theodore Dix, Ph.D., profesor emeritus perkembangan manusia dan ilmu keluarga di University of Texas di Austin.

“Mereka tidak memiliki keterampilan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan cara yang wajar, sehingga mereka mungkin bertindak memaksa atau terlalu menentang, yaitu dengan memukul” jelasnya.

Meski anak tantrum belum memahami dampak perilaku tersebut, sebagai orang tua penting untuk menghentikan mereka melakukannya. Beberapa cara agar si kecil berhenti memukul, yaitu segera atasi perilaku tersebut, cari tahu penyebab, bersikap proaktif, bersikap tenang, tunjukan empati, kaitkan tindakan mereka dengan perasaan orang lain, berlatih pemecahan masalah, pantau konsumsi media mereka, dan jangan memukuli anak.

Meski tindakan memukul cukup mengkhawatirkan, tapi ingatlah bahwa biasanya tidak ada niat jahat di balik tindakan tersebut. Si kecil bermaksud baik, mereka hanya perlu belajar cara yang lebih baik dalam mengekspresikan perasaannya.