Lembaga Antitrust Jerman Menguji Dampak Kecerdasan Buatan Terhadap Persaingan

JAKARTA - Kepala Lembaga Antitrust Jerman, Andreas Mundt, telah memperingatkan bahwa kecerdasan buatan (AI) mungkin akan meningkatkan kekuatan pasar Big Tech. Ia menyatakan regulator harus memantau setiap perilaku yang bersifat anti-persaingan.

Komentar Andreas Mundt menyoroti keprihatinan regulator bahwa raksasa teknologi, yang memiliki gudang data pengguna yang sangat besar, mungkin akan mendapatkan keunggulan kompetitif dalam teknologi baru yang digunakan dalam rumah pintar, pencarian web, periklanan online, mobil, dan banyak produk dan layanan lainnya.

Google dari Alphabet dan Microsoft baru-baru ini menjadi pesaing dalam bidang kecerdasan buatan (AI).  Microsoft telah menginvestasikan dana secara besar-besaran di OpenAI.  Sementara Alphabet membangun chatbot AI Bard, menjadi investasi pentingnya.

Popularitas AI yang meningkat telah mendorong pemerintah di seluruh dunia untuk mencoba mengenakan aturan pada penggunaan teknologi ini, di mana negara-negara Uni Eropa berlomba-lomba untuk mengadopsi aturan AI hingga akhir tahun ini.

"Bagi kami sebagai otoritas persaingan, sangat penting agar teknologi baru ini tidak memperkuat dominasi perusahaan-perusahaan besar," kata Mundt kepada Reuters dalam wawancara pada Jumat, 6 Oktober.

"Bahayanya sangat besar karena Anda membutuhkan dua hal di atas segalanya untuk AI, yaitu server yang kuat dan data dalam jumlah besar. Perusahaan internet besar memiliki keduanya," katanya.

Mundt mengatakan sektor ini masih terbuka untuk persaingan, tetapi regulator harus memastikan agar tetap demikian.

"Namun, model dari penyedia yang lebih kecil juga bisa menjadi sangat populer sehingga mereka berkembang ke arah sistem operasi, sebuah platform baru," katanya.

"Kedua perkembangan itu memungkinkan, dan sebagai otoritas kami harus berhati-hati agar potensi persaingan tidak tenggelam dari awal," jelasnya.