Bagikan:

JAKARTA - Kemitraan Microsoft dengan OpenAI dapat menghadapi penyelidikan antitrust Uni Eropa karena regulator menyoroti klausul eksklusivitas mereka. Sementara kesepakatan kecerdasan buatan Google dengan Samsung juga memicu pengawasan.

Regulator antitrust Uni Eropa akan mencari pandangan pihak ketiga tambahan, kata kepala persaingan Uni Eropa Margrethe Vestager pada Jumat, 28 Juni. Langkah-langkah ini menunjukkan ketidaknyamanan di antara regulator di seluruh dunia tentang bagaimana perusahaan teknologi besar memanfaatkan dominasinya dalam teknologi baru, yang mencerminkan kekuatan pasar perusahaan-perusahaan tersebut di sektor lain.

Vestager pada Maret lalu mengirim kuesioner ke Microsoft, Google, Facebook milik Meta, dan TikTok milik ByteDance serta perusahaan teknologi besar lainnya terkait kemitraan AI mereka.

"Kami telah meninjau tanggapan tersebut, dan sekarang mengirim permintaan lanjutan untuk informasi tentang kesepakatan antara Microsoft dan OpenAI. Untuk memahami apakah klausul eksklusivitas tertentu dapat berdampak negatif pada pesaing," kata Vesteger dalam sebuah konferensi.

Reuters pertama kali melaporkan bahwa regulator Uni Eropa sedang membangun kasus yang dapat mengarah pada penyelidikan terhadap kemitraan antara kedua perusahaan tersebut. "Kami siap untuk menjawab pertanyaan tambahan yang mungkin dimiliki Komisi Eropa," kata seorang juru bicara Microsoft.

Kemitraan Microsoft dengan OpenAI tidak akan tunduk pada aturan merger Uni Eropa karena tidak adanya kontrol, kata Vestager. Meskipun induk OpenAI adalah organisasi nirlaba, Microsoft telah menginvestasikan 13 miliar dolar AS (Rp212,5 triliun) dalam anak perusahaan nirlaba, yang akan menjadi 49% saham.

Vestager juga menyebutkan kekhawatirannya tentang perusahaan teknologi besar yang memblokir pengembang AI yang lebih kecil dari menjangkau pengguna dan bisnis. "Kami juga mengirim permintaan informasi untuk lebih memahami efek dari pengaturan Google dengan Samsung untuk menginstal model kecil Gemini Nano pada perangkat Samsung tertentu," katanya.

Google pada bulan Januari mencapai kesepakatan multi-tahun dengan perusahaan Korea Selatan untuk menanamkan teknologi kecerdasan buatan generatifnya di smartphone seri Galaxy S24 Samsung.

Vestager juga mengatakan dia sedang menyelidiki "acqui-hires," di mana satu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain terutama untuk talenta, seperti yang dicontohkan dalam akuisisi startup Inflection oleh Microsoft senilai 650 juta dolar AS (Rp10,6 triliun) pada bulan Maret yang memungkinkan Microsoft menggunakan model Inflection dan mempekerjakan sebagian besar stafnya. "Kami akan memastikan praktik-praktik ini tidak lolos dari aturan kontrol merger kami jika mereka pada dasarnya mengarah pada konsentrasi," kata Vesteger.