JAKARTA - Penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang menyesatkan harus menjadi prioritas bagi Federal Trade Commission (FTC), Hal ini disampaikan tiga calon komisioner dalam sebuah dengar pendapat konfirmasi pada Selasa, 19 Septrember, sebagai tanda kesepahaman lintas partai dalam isu populer ini.
Dengar pendapat tersebut diadakan untuk mempertimbangkan pencalonan kembali Komisioner Rebecca Slaughter, seorang anggota Partai Demokrat AS, bersama dengan pencalonan dua orang anggota dari Partai Republik, Andrew Ferguson dan Melissa Holyoak, masing-masing jaksa agung dari Virginia dan Utah.
Ferguson pernah menjabat sebagai penasihat utama Pemimpin Senat Republikan AS Mitch McConnell dari 2019 hingga 2021.
Ketika ditanya oleh Senator John Thune tentang peran FTC dalam menegakkan aturan yang berkaitan dengan kecerdasan buatan, Slaughter mengatakan bahwa tugas FTC adalah mengejar kasus-kasus di mana hukum yang melarang tindakan dan praktik yang tidak adil dan menyesatkan dilanggar, baik dengan atau tanpa penggunaan kecerdasan buatan.
"Ikuti apa yang disarankan oleh Kongres jika ada hal-hal (yang melibatkan AI) yang dianggap masalah yang melebihi cakupan FTC Act, dan itu terserah kepada Anda," ujarnya.
BACA JUGA:
Ferguson dan Holyoak setuju, sementara Holyoak mencatat bahwa AI dapat digunakan untuk meningkatkan penipuan dengan membuat surel phishing dan panggilan otomatis lebih meyakinkan bagi calon korban penipuan.
Kesepakatan ini cukup mencolok mengingat pertempuran partisan sebelumnya di lembaga ini. Seorang mantan komisioner FTC dari Partai Republik, Christine Wilson, mengundurkan diri tahun ini dan mengkritik tajam kepemimpinan lembaga tersebut.
Jika dikonfirmasi oleh Senat, seperti yang diharapkan, dua anggota dari Partai Republik tersebut tidak akan mengubah keseimbangan kekuasaan di FTC yang beranggotakan lima orang, yang juga menegakkan hukum antitrust. Saat ini, FTC memiliki ketua dari Partai Demokrat, Lina Khan, dan dua komisioner dari Partai Demokrat