Bagikan:

JAKARTA - Komisi Perdagangan Federal (FTC) A.S., telah menghubungi Twitter untuk menanyakan apakah perusahaan media sosial itu masih memiliki sumber daya untuk mematuhi keputusan FTC tentang privasi data pengguna pada Kamis, 15 Desember.

Pergolakan dan PHK massal di Twitter sejak diambil alih oleh Elon Musk telah memicu kekhawatiran bahwa raksasa media sosial itu kemungkinan gagal mematuhi keputusan yang diambil Mei 2022 oleh regulator AS. Kala itu Twitter setuju untuk meningkatkan praktik privasinya. Keputusan itu sudah diambil mendahului pengambilalihan Twitter oleh Musk.

Kekhawatiran itu mendorong FTC bulan lalu untuk mengatakan bahwa pihaknya "melacak perkembangan terbaru di Twitter dengan keprihatinan mendalam. “Tidak ada CEO atau perusahaan yang kebal hukum, dan perusahaan harus mengikuti keputusan persetujuan kami," kata FTC saat itu, seperti dikutip Reuters.

Dalam penyelesaian pada bulan Mei, Twitter setuju untuk membayar 150 juta dolar AS dan mengawasi fitur potensial untuk masalah privasi dan keamanan data. Keputusan itu juga menyelesaikan tuduhan bahwa Twitter menyalahgunakan informasi pribadi, seperti nomor telepon, untuk iklan setelah memberi tahu pengguna bahwa informasi tersebut akan digunakan untuk alasan keamanan.

Penyelesaian itu, didorong oleh pernyataan bahwa perusahaan telah melanggar keputusan persetujuan sebelumnya yang dicapai pada tahun 2011 setelah dua pelanggaran data, sementara Twitter berjanji bahwa hal itu tidak akan menyesatkan pengguna tentang perlindungan privasi.